Oki masih dalam mimpinya. Sebuah mimpi yang akan memengaruhi pandangannya terhadap kehidupannya.
***
"Lalu, bagaimana, Mbah?"
"Hadapilah dengan pikiran yang jernih."
"Maksudnya, Mbah?"
"Pikiran yang jernih lahir dari hati yang jernih juga. Kamu perlu banyak puasa, Nak. Latian menahan diri."
"Saya bisa tenang, Mbah. Cuma kalau dia sudah bicara tentang Mala, aku tak bisa trima."
"Iya. Mbah paham. Saya juga pasti akan lakukan sama. Melindungi istri tercinta. Hanya caranya berbeda."
"Jangan terus melawannya."
"Justru biarkan dia meronta meminta istrimu tuk jadi istrinya."
"Hah? Bagaimana bisa?"
Ardi mulai bingung. Ia tak tahu apa sebenarnya maksud Mbah Toid. Namun, Ardi tetap menaruh percaya padanya.
Dengan menaruh posisi duduk di bilik, Ardi menyimaknya.
"Mbah... katakan nasihat apapun yang harus dilakukan."
"Kamu nanti pulang. Temui istrimu. Bicara jujur padanya. Biarkan dia memilih dan menjawab sendiri."
"Tapi..."
"Kamu yakin istrimu cinta kan?"