"Mala!!" Panggil Ardi dari jarak beberapa meter. Wajah gembiranya terpancar.
"Mas? Sudah pulang? Aku belum masak."
"Gapapa. Mas nanti bantuin."
"Aku ada kabar gembira buat kamu sayang."
"Apa itu, Mas?"
"Yukk... ngobrol di dalam. Kita masuk dulu."
Ardi meraih tangan Mala. Seakan tak sabar menceritakan apa yang terjadi.
"Sayang..."
"Iya, Mas?"
"Ternyata katamu bener. Silaturrahmi nambah rejeki."
"Mbah Toid, sayang. Beliau percayakan sawahnya buat kita garap lagi."
"Beneran, Mas?"
"Iya. Mas juga kaget awalnya. Seperti katamu kan, niatnya silaturrahmi saja. Tapi Mbah Toid pengin saya cerita. Akhirnya tak ceritain. Jadi gini dh."
"Alhamdullah ya, Mas. Aku yakin kamu bakal lebih sukses nantinya." Ucap Mala lembut seraya menatap Ardi.
"Ko kamu bisa percaya gitu?"
"Matamu yang membuatku percaya, Mas."
"Gombal dari mana nih?"
"Aku serius, Mas. Aku yakin suatu saat nanti kamu akan jadi orang besar. Yang bukan hanya sekadar kaya. Tapi bisa bermanfaat banyak buat orang lain.