Tak berapa lama kemudian, Ardi pulang. Wajahnya tetap tersenyum. Namun, senyum kala itu sedikit berbeda. Seperti menyembunyikan hal yang lain. Mala bertanya-tanya.
Mala sudah menanti Ardi di depan pintu. Saat mendekat, ia mencium tangan suaminya penuh hidmat.
"Kamu kenapa, Mas?" tanyanya lembut.
"Aku gapapa, Sayang."
"Sudah ditemui Pak RTnya, Mas?"
"Sudah." Ardi menjawab dengan nada letih. Lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa.
"Lalu?"
"Sepertinya belum ada lahan yang kosong."
"Yang sabar ya, Mas. Pasti nanti ada. Kamu orang baik. Allah gak akan menyengsarakanmu, Mas."
"Aku tak pernah merasa susah bersamamu, Mas. Setiap jalan yang pernah kita lalui. Entah saat dulu kamu belum seperti ini, sama saja bagiku, Mas."
"Terima kasih, Sayang."
"Yuk, Masuk dulu. Istirahat."
***
Beberapa hari kemudian, laki-laki bertopi hitam itu datang kembali. Kali ini, bukan ke kantor Ardi. Namun, langsung ke rumahnya. Ya, ia kembali menemui Ardi dan Mala.
Suara ketukan pintu terdengar oleh Mala.