"Aku akan memulai darimana?"
"Besok aku mulai kuliah. Apakah aku perlu menghubungi Aksa?" Gundah Ayya sebelum terlelapnya.
***
Ayya kembali dalam mimpinya kesekian kali.
Seperti anak kecil yang mencari panutan di hutan rimba.
Tangisnya tak pernah terdengar kita. Lebih sering terdengar, oleh dedaunan dan gemerisik angin. Mungkin, sebab itu ia memilih bisu. Menajamkan telinga. Membuka mulut hanya untuk bicara dengan mereka: pohon dan bunga-bunga. Anehnya, seseorang mencecar, "Dasar, anak kecil menyedihkan!" Dia seperti tak punya mata untuk melihat diri, "Apa yang paling menyedihkan dari orang dewasa yang tak punya kepedulian pada orang lain?"Dialah yang paling menyedihkan.
Tak jarang, Kumala memikirkan itu. Ia merasa seperti tak dipedulikan sekitarnya. Terutama teman-temannya. Sebab itu, di sekolah ia sangat pendiam. Lebih memilih tak berkomentar apapun. Saat sudah tak kuat, ia akan memberontak, lalu pergi entah kemana.