Namun, Ayya masih ngantuk dan kembali terlelap. Kembali pula ia bertemu dengan kisah Kumala.
***
"Anak pinter. Makasih ya, Nak. Sudah nurut sama ayah. Ayok, kita pulang."
"Kamu ngumpet di mana si, Nak? Kok ayah gak tau?"
"Ada deh... ," ucap Kumala dengan santainya.
"Ayah gak boleh tau tempat itu."
"Lho, kenapa?"
"Iya. Nanti kalau Kumala yang jaga. Ayah ngumpet di situ lagi."
"Emang gaboleh?"
"Enggak. Itu tempat ngumpet Kumala aja."
Mereka berjalan kian menjauh dari hutan. Langit yang memerah, tak diperhatikannya. Entah memakna apa sebuah warna merah di langit. Apakah serupa wajah yang memerah marah pada manusia? Seorang perempuan bercaping terlihat mengamati mereka. Mengendap perlahan. Tepat dari balik rumah itu.
"Sebenarnya, siapa perempuan bercaping itu?"
***
"Gimana mainnya? Seru?"
"Seru banget! Nanti Kumala pengin main lagi."
"Yaudah, nanti main lagi. Tapi mesti tambah rajin belajarnya. Ok?"
"Oh, ya. Kumala baru inget. Ada PR dari Bu Guru."
"PR apa sayang?"