Dalam sebuah cermin besar, Ayya melihat cerita itu terputar di depannya. "Aku dimana lagi, sekarang? Dan siapa mereka?"
"Kamu berada di hutan mimpi, gadis manis." Ucap cermin itu.
"Siapa kamu? Kamu bisa bicara?" Ayya terkaget melihat cermin itu mengeluarkan suara.
"Jangan kaget. Lihat, dengar, dan rasakanlah kisah dalam cerminku ini. Ini akan jadi hal yang kamu butuhkan ke depan."
Dengan perasaannya yang tak menentu, Ayya tak punya pilihan. Ia pun menuruti suara itu.
Cermin itu bersuara seperti pendongeng yang menuturkan ceritanya. Bukan hal buruk, tapi Ayya masih takut dan cemas.
***
"L-I-L-Y N-A-T-A-L-I-E. Aku benci nama itu!!" Gadis tinggi itu mengeja namanya sendiri. Sesaat kemudian wajahnya merah. Bukan memerah malu. Melainkan nampak begitu kesal. Sangat marah mendengar ejaan namanya sendiri.
"Kenapa Ayah dan Ibu menamaiku itu? Aku benci!!"
"Kenapa harus pakai nama bunga?"
"Lily? Apa indahnya bunga Lily? Aku benci! Aku benci bunga Lily!!"