"Naak... sedang apa?" sapa Ibunya melihat Ayya duduk termenung di teras rumah.
"Iya, Bu?"
"Bagaimana aku yakin untuk sesuatu yang tak kuingin?" Gumam Ayya di depan teras rumahnya.
Ia duduk di sebuah kursi tepat menghadap berbagai tanaman di depan rumahnya. Tak ada yang sembunyi dari sunyi. Sunyi terus meng-ada dalam diri orang-orang yang mencintai.
Bagaimana keheningan bekerja? Bagaimana lautan tanya terus menghantui para pemilik jiwa? Tak ada tanya. Tak ada bicara. Yang ada tidak ada itu sendiri.
Ibunya duduk di kursi di sampingnya. Wajahnya teduh langsung menatap ke depan tanaman di depannya.
"Tanamannya subur ya, Nak," ia kembali memulai percakapan.
"Iya, Bu. Ibu pandai merawatnya. Kalau mereka bisa bicara, pasti sudah jutaan terima kasih diluapkannya."
"Bisa aja kamu, Nak."
"Oh ya, gimana kabar Aksa?"
Aya mengangkat sedikit pundaknya. Pertanda tak tahu. Atau... pura-pura tak tahu. Atau... memang tak mau tahu.