Bagaimana mungkin seseorang akan memutuskan sesuatu tanpa pertimbangan? Itu menjadi salah satu hal yang cukup mengusik pikiran Aksa sepanjang perjalanan.
Mereka berdua masuk ke mobil Bu Cindy. Ayya dan Aksa duduk di belakang mobil. Saat itu, memang Bu Cindy sendiri yang menyetirnya.
Aksa melihat Ayya di sampingnya. Dipandanginya kekasihnya yang cukup terlihat berbeda itu. Rasa bersalah masih bertanya-tanya pada dirinya kini. Apa yang sebaiknya ia lakukan? Bagaimana akan memecah semua ini?
Untuk mencoba meleraikan pergolakan batinnya, Aksa meraih tangan Ayya. Ia genggam erat tangannya yang mulai dingin tersapu angin dan udara ac mobil.
"Kamu tak kuat dingin, bukan?" ucapnya.
Ayya melihat Aksa sejenak. Ditatapnya sekilas dan tak menjawab apapun. Entah, apa yang sedang dipikirkannya kala itu. Apakah ia sungguh-sungguh marah karena kelakuannya? Apakah ia menyesal karena telah kedua kalinya melakukan hal terlarang itu meski tak sampai puncak hasratnya?