"Namanya saja mau coba merubah kebiasaan, Pak. Pasti ada prosesnya. Dan itu ya kita sekarang ini."
"Iya, iya, Kang. Semoga kita semua bisa lebih sabar dalam ngadepinnya, yah."
"Aamiin."
Mereka bertiga masih membicarakan bagaimana langkah terbaiknya. Di dalam rumah Kang Herman, Pak RT mulai membuka mata. Ia sadar, sekarang bukan sedang di rumahnya sendiri.
"Mas Ardi..." panggilnya lirih.
"Mas... itu Pak RT sepertinya sudah bangun. Itu manggil Mas Ardi. Cepat, gih," pinta Pak Dani.
Ardi segera menemui suara itu. Duduk di sampingnya. Mendengarkan segala yang keluar dari mulut Pak RT.
"Bapak pengin apa? Minum?"
Pak RT menggeleng.
"Tolong telfon istri saya. Dia pasti kawatir saya belum pulang," ucap Pak RT lirih.
"Bapak ndak usah kawatir, yah. Tadi pas Bapak sedang istirahat, saya sudah mengabari istri bapak di rumah."
"Terima kasih, ya. Maaf, merepotkan kalian semua di sini."