Jangjun mengernyit melihat anaknya yang terus saja memegangi pinggang. Terlihat seperti kakek-kakek berusia 70 tahun, batin Jangjun. Ia tersenyum remeh melihat pose berjalan anak sematawayangnya yang seperti itu.
"Ada apa pinggangmu, Shin? Kamu terkena encok, huh?! Kenapa jadi ngalah-ngalahin papa, hah?!" Saat mengatakan ini, Jangjun mati-matian menahan tawa. Padahal, ia ingin sekali tertawa sambil mengejek, "Masih muda kok kena encok sih, Shin?"
Tapi, ia tidak mengutarakan hal itu karena takut ditonjok anaknya sendiri. Saat Ryushin mengangkat bogemnya tadi saja, Jangju rasanya sudah mau pipis di celana saking takutnya.
Ryushin tidak menjawab. Ia meringis kesakitan sambil memegangi kedua pinggang belakangnya. Muncul nyeri pada punggung Ryushin tiba-tiba. Nyeri itu perlahan menjalar pinggang. Apakah ini akibat dibenturkan Bima dan Toni ke tembok tadi, ya? batin Ryushin.