Toni mencengkeram rahang tegas Ryushin, memaksa Ryushin untuk menoleh ke arahnya. "Kalau aku ngomong itu, tatap mataku, Sialan! Punya nyali juga ya kau mengabaikanku!"
Ryushin tak menjawab. Ia malah mengalihkan wajahnya ke samping, membuat Toni semakin menekan kedua pipi Ryushin menggunakan jari telunjuk dan jempolnya.
"Kau berani menantangku, hah?!" Toni membentak. Ia benar-benar kesal melihat sikap acuh Ryushin itu.
"Kalau tidak ada yang penting, aku ingin pergi ke perpustakaan dulu, Kak," ujar Ryushin. Meski mereka satu kelas, tapi Toni satu tahun lebih tua dari Ryushin.
Ryushin menghembaskan tangan Toni dari wajahnya. Ryushin berdiri dan melangkah kaki.
Saat Ryushin sudah berjalan beberapa langkah, ia merasakan ada yang menarik bahunya. Detik berikutnya,
DUAGH!
