Kenkyo perlahan membuka matanya. Kepalanya pening. Ia menyipitkan mata, menyesuaikan dengan cahaya lampu yang begitu menyilaukan. Kepala Kenkyo terasa memanas. Lampu besar tepat berada di atas kepalanya. Hanya berjarak beberapa senti. Tangan dan kakinya terikat di kursi. Mulutnya disumpal kain. Ia mencoba berteriak, tapi yang keluar hanya gumaman-gumaman tak jelas.
Air mata Kenkyo berderai. Bukan mengkhawatirkan dirinya sendiri, tapi ia menghawatirkan orang-orang yang masih menyayanginya. Ah, tapi apakah masih ada yang mencintai Kenkyo di dunia ini? batinya, miris.
Bruak!!
Prakk!
Bugh!!
Terdengar keributan dari arah luar. Kenkyo waspada. Ia berusaha membuka ikatan pada tangan dan kakinya, tapi hasilnya nihil. Itu malah membuat tangan dan kakinya terluka oleh goresan tambang yang mengikatnya.
'Kami-sama! Selamatkan saya!' batinnya.