"Besok, kita jadi jalan-jalan, 'kan? Aku mau membelikan Okaa-san dan Jaerim Oji-san oleh-oleh."
*Okaa-san = ibu
*Otou-san = ayah
*Oji-san = Paman
Yang dimaksud olehnya adalah ibu tiriku dan ayahku, yang adalah ayah mertuaku juga. Dia memanggil ibu pada ibuku, dan masih memanggil paman pada ayahku.
"Outou-san?" Kataku.
Dia bingung, "Jangan panggil Jaerim Abeoji dengan Oji-san, tapi outou-san. Dia itu juga ayahmu, 'kan?" lanjutku.
*Abeoji = ayah
Dia tersenyum menampilkan deretan giginya.
"HA'I, SENSEI!" serunya.
*Sensei= guru
"Kim Jae." Ucapku datar.
Lagi-lagi dia kebingungan. Ya Tuhan! Berapa IQ-nya sebenarnya?
Aku menepuk ranjang, menyuruhnya mendekat. Dan memang dasarnya dia penurut, tanpa banyak bertanya dia menghampiriku.
Duduk di sisi kananku.
"Mulai sekarang, kamu memanggilku Kim Jae saja." Aku menerangkan hal yang membuatnya bingung tadi.
"Tapi..."
"Jangan membantah!" potongku cepat.
Dia mengangguk perlahan.
"Ha'i Jae nii... eh maksudku Jae-kun."