Chereads / Menebus Dosa, Hidupku Bukanlah Milikku / Chapter 17 - Mengalir Darah Segar

Chapter 17 - Mengalir Darah Segar

Andri berkata dengan nada lembut, "Jika kamu ingin meninggalkanku, berikan aku seorang anak."

Tinggalkan anak? Andri menginginkan dia memiliki anak dan melahirkan seorang anak?

Sang ibu pergi dengan pria lain tanpa ragu dan tidak mengurusnya. Hinaan dan ejekan yang diderita Putri sejak kecil masih teringat jelas di benaknya.

Melahirkan sangat berlawanan dengan keinginannya. Bagi Putri ini merupakan tanggung jawab yang besar dan tidak semudah berkata-kata.

Tapi Putri sedikit merindukan kebebasan, dia ingin melarikan diri dari kehidupan yang dikekang oleh dosa. Di tengah dilema membuat pilihan, akhirnya dia membuat keputusan, "Oke." katanya.

Andri terlihat gemetar dan jantungnya berdebar kencang, lalu dia mengatupkan giginya, lalu melepaskan Putri. "Jadi kamu harus punya kemampuan untuk hamil hanya dalam sehari? jangan berkhayal."

Putri menarik nafasnya dalam-dalam lalu berjalan ke arah Andri, tangannya gemetar ketika membuka kancing pakaian Andri, bulu matanya yang tebal Itu bergetar lembut seperti sayap kupu-kupu, Putri tidak mampu menyembunyikan ketegangan di matanya, dan tidak berani menatap Andri sama sekali.

Dia tidak pernah mengerti dengan jelas tentang bagaimana posisi Andri di dalam hatinya. Seseorang yang telah mengadopsi dan mengasuhnya selama bertahun-tahun telah menjadi suaminya.

Karena tegang, dia belum bisa melepaskan kancing untuk beberapa saat, dan dada pria itu terlihat luas. Andri sudah mulai tampak tidak sabar.

Dengan tergesa-gesa, Putri berdiri berjinjit dan menciumnya secara liar, lalu bibir lembabnya menempel di sudut bibir Andri.

Putri menyadari bahwa mata pria itu semakin gelap, lalu dia tidak sabar untuk melarikan diri. "Cukup! sudah cukup!" Andri tiba-tiba mendorong Putri, dan dengan kasar menyapu cangkir teh di atas meja kecil hingga pecah karena terjatuh ke lantai. Pecahan kaca melukai pergelangan kaki Putri , darah mengalir di sepanjang kulit kakinya yang putih.

Perasaan menyengat di kakinya yang terluka membuatnya muram, Putri terhuyung dan menatap Andri dengan polos.

Andri melihat luka di pergelangan kakinya, tanpa sadar mengangkat tubuhnya, lalu meletakkannya dengan kaku, Andri memalingkan kepalanya sedikit, dengan ekspresi dingin dia berkata, "Wanita yang pernah disentuh pria lain, menurutmu aku akan menginginkannya?"

Setelah itu, Andri berjalan ke ruang ganti, dia dengan cepat mengganti pakaiannya lalu keluar, dan membanting pintu. Ia pergi tanpa melihat ke belakang.

Melihat kekacauan di lantai membuat Putri tidak bisa berkata-kata, butuh waktu lama sebelum Putri kembali ke akal sehatnya, di pergelangan kakinya telah mengalir darah berwarna merah.

Pada saat ini, ibu Imah membuka pintu dan merawat luka di pergelangan kakinya dengan wajah sedih, "Putri, mengapa kamu bertengkar dengan tuan muda lagi? Tuan muda memang emosian orangnya, kamu harus bersabar dan mengikutinya."

Putri menunjukkan senyum masam, "Aku sudah sangat mengikuti kemauannya. Aku melakukan semua yang dia minta. Mengapa dia masih marah?"

Ibu Imah terdiam beberapa saat, dan berkata dengan bijaksana, "Kejadian itu membuat tuan muda sangat bersedih tiga tahun yang lalu. Rintangan di hati tuan muda ini sangat sulit untuk dilewati, kamu harus selalu memberi kehangatan di hatinya, baru kalian bisa melewati ini bersama-sama. Aku bisa melihat tuan muda itu sebenarnya menyukaimu. "

Putri tidak mengatakan apa-apa. Putri berpikir apakah dia mampu menghangatkan hati Andri? Putri merasa siapapun bisa, tapi dia tidak mungkin bisa.

Andri tidak kembali sepanjang malam, Putri tidak tidur sampai tengah malam.

Ketika Putri bangun keesokan harinya, dia langsung berangkat ke perusahaan tanpa sarapan. Sesampainya di kantor, ada setumpuk besar dokumen di atas meja Putri, lalu Putri mengerutkan keningnya.

Orang di samping Putri berbisik, "Direktur Chris meminta Anda untuk mengerjakannya. Apa Anda memprovokasi dia? Dia hampir menyerahkan seluruh pekerjaan departemen ini kepada Anda. Saya khawatir Anda harus bekerja lembur hari ini. "

Putri tidak mengatakan apa-apa. Dia sadar mengapa Chris membalasnya lalu duduk dan mengerjakan pekerjaannya.

Saat istirahat makan siang, Putri menerima pesan, " Saya ibu dari Patricia , saya memintamu untuk keluar menemuiku, saya akan menunggumu di Moka.

Putri mengingat dengan hati-hati, Patricia? nama itu tidak pernah dia dengar, jadi dia membalas pesan itu, "Saya tidak mengenal Patricia."

Pesan itu dengan cepat dijawab kembali, " Saya tidak perlu mengenal Anda, saya hanya ingin melihat anda.

Wajah wanita yang menggandeng lengan Andri di bandara tiba-tiba muncul di benaknya, seolah-olah ada kekuatan gaib yang membuatnya tertarik ingin mencari tahu.

Memanfaatkan waktu istirahat makan siangnya, Putri pergi keluar dari perusahaan dan pergi ke kedai kopi bernama Moka. Orang-orang yang datang ke kedai itu semuanya adalah orang-orang kelas atas.

Begitu Putri berjalan melewati pintu, dia menerima pesan, "Saya berada di meja nomer 4 dekat jendela."

Putri mengangkat matanya dan melihat di depannya ada seorang wanita paruh baya yang berpakaian bulu hitam sedang duduk di meja nomer 4, wanita itu sedang menatap telepon, Putri tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas.

Dia mendekat dan duduk, "Ibu dari Patricia?" Orang itu mengangkat kepalanya dan tertegun pelan, dan darahnya seperti mengalir ke atas dalam sekejap.

"Ya, namaku Melinda, kamu menyebutnya apa?" ​​Wanita itu tersenyum sopan dan tampak seperti istri dari pria kaya.

Melihat wajah yang asing dan tidak dikenal di depannya, tenggorokan Putri seperti tersedak, dan dia tidak bisa mengeluarkan suara untuk waktu yang lama.

Melinda sedikit mengernyit, "Kamu tidak perlu gugup. Aku sedang mencarimu untuk mengatakan sesuatu, namun itu bukanlah hal yang serius. Minumlah sesuatu."

Putri mengepalkan tangannya, kukunya tertanam di dalam daging telapaknya tanpa menyadarinya. Setelah waktu yang agak lama, baru kemudian dia bisa mulai berbicara, "Nyonya Melinda, katakan saja langsung jika ada hubungannya dengan saya, saya sangat sibuk."

Melinda sedikit tidak senang dengan nada bicara Putri yang terus terang, tetapi tidak menunjukkannya. Dia menyesap kopi dengan anggun, "Anak perempuanku berkencan dengan Andri, kuharap kau bisa menjauh dari Andri. Lihatlah pakaianmu, kau tidak terlihat seperti pasangan yang sesuai dengan Andri, ini membosankan, saya lelah bermain halus dengan Anda. Anda tidak akan mendapat banyak keuntungan. Mari kita buka harga. "

Putri mencibir, "Saya hanya ingin tahu bagaimana Anda mendapatkan informasi kontak saya "

Melinda bersikap acuh tak acuh, dia bermain-main dengan cincin berlian yang berbentuk telur merpati di antara jari-jarinya, "Kamu tidak perlu tahu tentang itu. Jika ingin bicara, bicaralah, jika tidak ada yang perlu dibicarakan anggap saja aku tidak pernah ada disini."

Ada getaran tak terlihat dalam suara Putri, "Saya hanya ingin tahu dimana Anda mendapatkan informasi kontak saya, mengapa Anda tidak memeriksa latar belakang saya sekaligus? Anda cari tahu saja saya siapa, lalu baru hubungi saya lagi."

Putri pergi meninggalkan Melinda, Melinda serasa kehilangan mukanya lalu dia menelepon Patricia, "Siapa wanita yang kau berikan nomor teleponnya padaku itu? Apa kamu tahu aku menemuinya hari ini? Saya bertemu dengannya dan dia tidak peduli dengan uang, ini agak sulit untuk ditangani. "

Patricia mendengus jijik di telepon, "Lihatlah dia hanya orang yang malang dan masam, saya tidak peduli Bu, Anda harus membuat dia menghilang dari sisi Andri. Aku sangat membencinya. Aku selalu marah setiap melihat wajahnya. "

Patricia selalu bertingkah seperti bayi, Melinda memikirkannya sambil tersenyum, dan kemudian menelepon seseorang, "Bantu aku untuk mengecek seseorang."