Setengah jam kemudian, Maya mengambil kunci untuk membuka pintu apartemennya.
Ketika Chandra mendengar pintu terbuka, dia menjadi semakin panik. Mendengar langkah kaki mendekat, hatinya semakin berdegup dengan kencang.
Dalam situasi putus asa, dia hanya naik ke tempat tidur, berguling ke dalam selimut, dan membenamkan kepala kecilnya di dalamnya, membungkus dirinya dengan erat.
Maya memasuki rumah, melihat sekeliling di ruang tamu, tetapi tidak melihat Chandra. Tatapannya tertuju pada pintu kamar anak-anak yang tertutup rapat, alisnya menegang, dan hatinya seakan ada batu yang berat, yang membuatnya terengah-engah.
Maya ragu-ragu sejenak, menggigit bibirnya, dan berjalan menuju kamar anak-anak dengan langkah besar.
Dia berhenti di depan pintu kamar anak-anak, mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu, tetapi tidak bisa mengetuk pintuyang ada di hadapannya itu.
Lupakan! Hadapi lebih awal, sehingga dia bisa memahami kebenaran lebih cepat!