Mata Abi Putra sudah tidak fokus, dan hanya ada terdengar jeritan gila seorang wanita di telinganya. Dia tampak berada di ruang tertutup yang gelap dan sempit, dan tangannya dengan kuku merah terentang ke arahnya dari segala arah, mencubitnya dan membentur dinding keras satu demi satu.
Bang! Bang! Bang!
Tulangnya hampir hancur saat dipukul, dan rasa sakit menjalar ke anggota tubuhnya. Rasa takut dan mual seperti gelombang pasang yang bergejolak, yang menenggelamkannya dan menembus ke dalam otaknya, membuatnya tidak dapat membebaskan diri.
"Tuan Abi? Tuan Abi?"
Siapa yang memanggilnya?
Dengan panggilan yang keras, itu memukul gendang telinga pria itu dengan keras. Kegelapan di atas kepalanya sepertinya telah menembus lubang, dan seberkas cahaya bersinar dan menyinari dirinya, membuatnya merasakan sedikit kehangatan.
Bulu mata Abi Putra bergetar dengan cepat, tetapi napasnya menjadi lebih mendesak.