Kegembiraan yang tak dapat dijelaskan muncul di hatinya, bahkan perasaan ini lebih kuat daripada saat Alea menghindari tangannya tadi.
"Oke." Alea tidak membantah kata-kata Arman. Dia mendorong pintu bangsal sekilas, berjalan ke dalam, dan kemudian dengan lembut menutup pintu.
Pintu tipis memisahkan dua orang itu di dua ruang yang berbeda. Tapi, jendela kaca transparan masih bisa membuat mereka saling melihat satu sama lain. Berdiri di bangsal, Alea mengangkat tangannya dan melambai ke Arman dengan lembut.
Sekali lagi, senyum itu menyebar tak terkendali di wajah tampan Arman, dengan kelembutan di antara alis dan matanya, dan dia bahkan mengikuti penampilan Alea, seperti siswa sekolah dasar yang rajin, dan melambai padanya.
Ketika dia meninggalkan rumah sakit, langkah kaki Arman sangat cepat, dan sudut bibirnya melengkung tanpa sadar, membentuk wajah kecil yang tidak disengaja.