Dia melihat Bagas datang menghampiri seolah-olah meminta imbalan, dan tersenyum polos pada Arman, "Tuan Arman, apa yang kamu lakukan?"
Arman mengalihkan pandangannya ke arah lima orang pemuda yang semuanya terbaring di tanah saat ini. Wajah semuanya memar dan bengkak. Mereka semua membungkuk dan memeluk kaki mereka, atau mengerang kesakitan sambil memegangi tangan mereka sendiri. Sepertinya cedera mereka tidak ringan setelah dihajar oleh Bagas.
Segera setelah Bagas selesai berbicara, Alea terlompat kaget. Dia baru ingat dengan adik laki-lakinya. Dia segera menoleh untuk mencarinya. Dia khawatir tentang Arman ketika dia hampir jatuh tadi dan kini melupakan adiknya. Sial!
Ketika dia berbalik untuk melihat sekeliling, dia menemukan bahwa Rian tidak pergi, tetapi menatapnya dan Arman dengan mata aneh. Alea tertegun sejenak dan melihat dari dekat, dan menemukan bahwa ekspresi Rian sedikit salah. Sorot matanya tidak menunjukkan rasa syukur melainkan penuh permusuhan!
