Ekspresinya yang tadinya tenang dan tak tergoyahkan, kini seperti danau yang dilempari batu kecil, perlahan-lahan mulai muncul kekurangan, dan matanya juga menunjukkan kelelahan dan ketidakberdayaan yang tak terkendali.
Dia menghela napas dan menundukkan kepalanya sedikit, seolah memikirkan sesuatu, tetapi salah satu tangannya telah menyentuh ponsel di sakunya tanpa sadar.
Jari-jarinya memegang erat ponselnya tapi lalu melepaskannya, gerakan berulang ini menunjukkan bahwa suasana hati Arman saat ini sangat kusut. Menyesap teh yang sudah dingin lagi, Arman mengeluarkan ponsel seolah mengambil keputusan. Dengan terampil menemukan nomor yang dikenalnya, setelah beberapa saat ragu, Arman menekan tombol panggil.