Juna melihat ke aula tempat orang datang dan pergi, mendekati telinga Arman, dan berkata dengan suara rendah. Arman sedikit mengernyit dan menatap Juna dengan curiga, "Apa yang kamu katakan itu benar?"
"Presiden Arman, bagaimana aku bisa bercanda tentang hal semacam ini? Aku tidak tahu harus berbuat apa. Karena itu aku menunggu kedatanganmu."
Jejak rasa malu melintas di wajah Arman, dia menurunkan matanya dan berpikir, dan setelah beberapa lama, dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Pergi ke kantorku dulu. Kamu bisa memberitahuku secara spesifik."
"Oke." Juna menjawab dan segera mengikuti Arman, dan keduanya memasuki kantor Arman bersama.
"Apa yang terjadi, mari kita bicarakan sekarang." Arman berjalan ke belakang meja, meletakkan tas di sebelahnya, dan duduk di kursi, menunggu Juna melaporkan situasinya.
"Tuan Arman, bukankah aku melaporkan kepada kamu terakhir kali perusahaan Kaban memberi kami bahan baku?"
