Pengemudi itu meliriknya, tidak mengatakan apa-apa, dan segera menekan pedal gas.
"Tuan Arman, Nona Alea ada di dalam taksi di belakang." Bagas mengemudi di depan. Dia baru saja duduk di dalam mobil, tetapi dia telah melihat semua yang terjadi di pintu masuk taman kanak-kanak dan tahu bahwa Alea sedang mengejar Arman.
"Ayah, kenapa kamu tidak mengajak ibu? Kenapa kamu meninggalkan ibu sendirian di belakang?" Kirana duduk di samping Arman, menatapnya dengan air mata berlinang di wajahnya. Ekspresinya menunjukkan ketidakpahaman dan kekesalan.
"Jangan melambat, terus mengemudi." Arman pertama-tama menjawab Bagas, dan kemudian menatap Kirana yang menangis dengan air mata berlinang di wajahnya. Dia mengangkat tangannya dengan lembut untuk membantu Kirana menghapus air mata dari wajahnya, mengambil napas dalam-dalam, dan melihat ekspresi Kirana dengan sangat lembut.
