Saat itu ajudan mengambil satu eksemplar koran Semarang yang dicetak pada pagi hari dan dikirimkan pada pagi hari untuk diperlihatkan kepada Panglima.
"Tuan Tanoesoedibjo , lihat ini." Ajudan itu tampak serius.
Sekretaris jenderal mengambil koran dan melihat di mana jari ajudan berada.
Ini berita kematian.
"Ms. Melisa, seorang revolusioner bawah tanah, meninggal di Lima Bangsa Hotel kemarin."
Ekspresi komandan tiba-tiba berubah.
Kiram juga mengambil alih dan melihatnya.
Di obituari, foto Melisa dipublikasikan, yaitu mata-mata wanita Jepang tanpa nama.
Kiram yang selalu cerdas dan bijak tertegun sejenak pada saat ini.
"Jesse Soeprapto, Jesse Soeprapto, kamu sangat pintar sehingga kamu tidak ada di dunia ini, kamu benar-benar dianiaya!" Kiram tidak bisa membantu tetapi sedikit menekuk sudut bibirnya.
Melihat berita kematian ini, Kiram segera mengerti apa yang akan dilakukan Jesse Soeprapto.
Tuan Anggoro juga mengambil koran itu dan meliriknya.