Langit suram, dan udara di sekitarnya mengalir ke tubuh dengan basahnya ombak.
Jesse Soeprapto menyeka rambutnya dan menemukan bahwa rambutnya sudah basah oleh kabut uap air.
Kiram mendayung perahu sendirian.
Bekas air mata di wajah Jesse Soeprapto kering, dan dia dipukuli oleh angin lembab lagi. Dia menggenggam lengannya erat-erat, ingin mengecilkan dirinya dengan mantelnya dan memeluknya.
Wajah Kiram merasa nyaman, dan dia mendayung perlahan.
Untuk waktu yang lama, Jesse Soeprapto bertanya, "Haruskah kita mengandalkan perahu ini untuk meluncur kembali ke Semarang?"
Kiram tersenyum dan berkata, "Itu akan memakan waktu sehari, bukankah aku memegang tanganku?"
"Tidak apa-apa jika lenganmu patah." Jesse Soeprapto merangsangnya.
Kiram berdiri dan mendekat untuk mencubit wajahnya.
Perahu itu bergoyang ketika dia bangun. Jesse Soeprapto ketakutan. Karena takut dia akan jatuh, dia menggenggam kedua sisi dengan erat dengan tangannya dan berteriak, "Kiram, jangan bergerak."