"Nona.."
Dya mengabaikan kepala pelayan yang berpapasan dengannya di ujung tangga, perempuan itu berjalan dengan cepat sembari menutup mulutnya dengan tangan. Ke dua tanggannya gemetar, begitu juga keringat dingin yang terus mengalir dari keningnya.
'huek!'
Dya mengusap bibirnya dengan kasar, membersihkan sisa-sisa muntahan yang mungkin masih berbekas, merasa belum lega perempuan itu kembali menunduk dan kembali memuntahkan seluruh isi perutnya di kloset.
"Astaga, Dya!"
Adri yang memang bergegas menyusul setelah mendapat laporan akan keanehan keadaan saudara kembarnya bergegas mendekat, membantu Dya sebisanya sebelum membopong tubuh lemah adiknya ke atas ranjang.
"Panggil dokter, sekarang!" teriaknya keras, "Dya.. ada apa? apa yang terjadi?" tanya lelaki itu cepat, Adri meraih telapak tangan dya yang dingin dan menggosoknya dengan cepat, "Astaga, tangan kamu dingin sekali!"
"Dri.. dia.. lelaki itu sadar. Yudistira sudah sadar…"