Dewanata tahu saat ini akan tiba, Sadam tiba-tiba saja mengunjunginya pagi ini. berbeda dari biasanya, teman baiknya itu sejak tadi hanya diam dan menatap lurus kearah tanaman hias di samping ranjangnya. Biarpun begitu, Dewanata tahu bahwa sadam sudah mengetahui rahasian yang selama ini ia simpan rapat.
"Maaf." hanya itu yang bisa dewanata ucapkan, ia sama sekali merasa tidak ada lagi kata yang lebih pantas di ucapkan selain permohonan maaf.
"Kenapa kamu melakukannya." Tanya sadam dengan tatapan kosong, "Aku mempercayai kamu Nata, enggak peduli berapa kalipun Dewi mengatakan bahwa ada yang salah dengan pernikahan putri kami, aku selalu berpihak kepada kamu."
Dewanata menatap kosong langit-langit kamar, lelaki itu menghela napas sekali lagi sebelum menggumamkan kata yang sama, 'maaf'.