Dya benar-benar gugup, perempuan itu berkali-kali menengok kebelakang demi memastikan Briani tidak mengikutinya.
"Hah, untung saja." Desah perempuan itu lega, "Kita selamat nak, kita selamat." Ucap Dya nyaris menangis.
Setelah merasa aman, Dya kembali bersiap menuruni tangga dan kembali ke lantai satu. Medda bekerja sebagai pelayan, karena itu perempuan itu pasti menempati kamar di belakang. Tapi tangisan bayi yang cukup kencang berhasil menghentikan langkahnya.
"Wah," desah Dya tidak percaya, "Merempuan itu benar-benar di perlakukan special rupanya."
Dya berjalan mendekat, menempelkan telinganya untuk memastikan. Begitu mendengar suara samar-samar dari dalam sana, barulah Dya memberanikan diri untuk mengetuk.
"Kenapa lama sekali?!"
Dya terkejut karena tiba-tiba saja pintu terbuka dan seseorang meneriakinya
"Dya? Apa yang-" ucapan Arjuna terhenti karena dokter yang sejak tadi di tunggunya, tiba-tiba datang. "Dok, panasnya tiba-tiba saja naik lagi, dan Anna muntah."