"Zain, kalau kamu nangis terus begini, seisi rumah bisa bangun tau enggak." Dya menggerutu, lelah karena putranya menjadi sangat rewel sejak tadi. karena itu juga lah Dya akhirnya diam di teras yang mengarah langsung ke taman, menjauh dari ruang utama. Dya takut tangisan Zain akan memancing orang-orang.
"Zain, kita enggak boleh ketahuan. Jadi mama harap kamu mau diam." Dya masih berusaha membujuk putranya, "Diam ya nak.. mama benar-benar takut sekali."
"Apa yang kamu takutkan?"
Dya yang tersentak langsung membalikan tubuh, perempuan itu menyesali kenekatannya memasuki rumah Wardana karena pada akhirnya ia bertemu Briani.
"Anak kamu kenapa?"
Dya melangkah mundur begitu briani berusaha mendekat, hal itu jelas membuat Briani mengerutkan dahi keheranan.
"Anak kamu nangis terus Dya, berisik."
"Zain memang lagi rewel, enggak apa-apa dia pasti akan tenang kalau udah bertemu ayahnya."