Dewanta menyambut keluarga Aksara dengan tangan terbuka, ia memang sudah menduga hal ini akan terjadi sebelumnya karena itu, begitu Sadam dengan canggung meminta izinya untuk bisa bertemu dengan Medda, Dewanata dengan santai mengiyakan. Tentunya, semua sudah ia atur sedemikian rupa agar teman baiknya itu tidak merasa curiga.
"Dimana Medda?" Dewi bertanya tidak sabaran.
Sadam yang merangkul istrinya hanya bisa meringis, "Tolong di maklumi Nata, Dewi benar-benar sudah cukup bersabar selama masa pemulihan ini."
"Hahahaha, aku mengerti. Aku mengerti, ayo masuk dulu. aku sudah minta Medda membawakan minuman untuk kita."
"Tentu, ayo sayang." Sadam mengelusi bahu istrinya yang tegang, Dewi pasti gugup sekali. Sejujurnya ia juga sedikit gugup, bohong kalau ia berkata tidak menghawatirkan masa depan rumah tangga Dya karena kehadiran Medda. Tapi sebagai kepala keluarga, Sadam harus berkepala dingin untuk bisa menyelesaikan masalah keluarganya.