Seorang gadis berdiri tidak jauh dari hamparan rimbunnya bunga edelweiss, sebuah nama yang sangat di banggakan sang ibu, saat melahirkan seorang bayi perempuan yang lucu dan cantik, Ia memberikan nama itu... "Edelweiss".
Gadis ini berdiri menatap hamparan bunga-bunga ini, yang mereka sebut sebuah bunga abadi, lambang cinta abadi yang tidak akan pudar selamanya.
Sudut bibirnya terlihat terangkat, sebuah senyuman getir tercermin di sana, tatapan kosong melihat Mega menguning, bunga-bunga ini seakan menguning dengan sinar matahari sore yang akan tenggelam ini, seperti warna keemasan terlihat mewah dan agung, tapi tidak seperti hatinya.
Tiga tahun lalu saat gadis ini masih duduk di bangku SMA, sang ibu di temukan oleh seseorang di tepi jalan, dengan tubuh berlumuran darah, kejadian itu begitu singkat hingga begitu memilukan untuk di ingat dan di percaya oleh Edell, ini adalah nama panggilan nya.
Ketika itu sang ibu, sudah tidak bisa lagi di selamatkan lagi dengan luka tikam di perutnya, hingga kini tidak ada yang tau apa penyebab kematian sang ibu, nyonya Ana..., ia di antar oleh seorang pria muda dan memanggil dokter pribadinya ke rumah Edell, saat itu Edell baru saja pulang sekolah, hanya tangisan yang terisak-isak keluar dari mulutnya.
"Hendrik...? kau telah berjanji padaku...? sekarang nikahi putriku...!! waktuku tidak banyak..?" punya Nyonya Ana, pada seorang Pria muda ini yang memiliki sorot mata tajam dan dingin ini.
"Baiklah..., sesuai perjanjian kita...!" jawab Hendrik
"Sekarang juga....!!!" pinta Nyonya Ana, sambil menahan sakit di perut nya, sementara dokter sedang mengobatinya, ia terus berteriak dan menangis, meminta pemuda ini menikahi putri satu-satunya ini.
Akhirnya pernikahan di gelar, di kamar ini juga, dengan Edell yang masih menangis dan mengenakan seragam sekolahnya, gadis ini tidak sadar ia telah di nikahkan dengan pria dingin ini, Ia semakin terisak-isak ketika melihat sang Ibu menghembuskan nafas terakhirnya.
"ibu....ibu..... bangunlah...ibu...??? jangan tinggalin Edelll..buuuu....hiks...hiks...."
Suara tangisan gadis ini sangat kencang dan memilukan, sementara pria yang telah menikahinya, hanya memandang dingin ke arah Nyonya Ana dan Gadis yang baru saja di nikahinya tanpa ikatan cinta, tanpa di kenalnya, atau berbicara sepatah katapun.
TIGA TAHUN KEMUDIAN.....!!!!
"Nona Edell..? hari semakin sore sebaiknya segera pulang Tuan Muda tidak suka istrinya selalu berada di luar rumah terlalu lama .." Ucap Pak Tono.
"hehe...Istri.. Tuan Muda...??? sepertinya aku sampai lupa, kalau aku istri seseorang..? memang terlalu lama, aku tidak bertemu dengan Tuan mu Pak Tono, banyak yang ingin ku tanyakan padanya" jawab Edell yang memendam banyak kecurigaan dan pertanyaan tentang kematian sang ibu, dan kenapa Ia harus segera di nikahkan..? saat Sang Ibu sedang sekarat berlumuran darah, dan perjanjian apa yang harus di penuhi oleh ibunya..? sehingga harus membayarnya dengan menikahkan nya dengan lelaki yang tidak di kenalnya sama sekali, apa lagi di cintainya..?
"Nona Edell, anda bisa tanya langsung pada Tuan Muda Hendrik, apapun itu..., yang jelas Tuan Muda orang baik...!" jawab Pak Tono, yang mempersilahkan Edell untuk jalan di depannya, hari kian menggelap. Dua orang Pengawal dan Pak Tono. Berada di belakang Edell, yang sejak siang tidak ada di Villa besar, di kaki lembah ini berdiri sendirian.