Alex tertawa. Ia merasa geli sendiri melihat tingkah istrinya. Alex mengusap lembut puncak kepala istrinya.
"Tadi marah-marah, sekarang marah-marah. Kamu nggak capek apa marah-marah terus?"
"Ya habis kamu nyebelin banget sih."
"Nyebelin gimana sayang? Coba kamu lihat aku sudah belikan sampai datengin yang jualannya ke rumahnya lho. Kurang baik apa coba? ngidam es pisang ijo pagi-pagi. Kamunya saja yang nggak tahu waktu!"
"Ya namanya kepingin mana tahu waktu sih? aku kan lagi hamil!"
"Jangan dijadikan alasan. Itu tidak baik lho."
"Siapa yang jadiin alasan?"
"Kamu itu lah yang selalu saja hamil dijadikan alasan."
Angel mengerucutkan bibirnya. Air matanya sudah mengumpul di kelopak matanya. Ia menatap suaminya dengan sedih.
"Lho, kok nangis sih?"
"Kamu nggak sayang sama aku ya? Dari tadi aku dimarahin terus!"
Alex mencari tempat yang sedikir sepi, ia menepikan mobilnya lalu menangkup kedua pipi istrinya.
"Aku nggak marah kok. Buktinya aku beliin esnya. Kamu mau apa lagi?"