Akhirnya Bela sudah bisa diizinkan pulang oleh dokter. Bela merasa senang sekali. Mengingat dirinya tidak suka rumah sakit yang kental akan aroma obat disana. Bela paling tidak suka mencium bau obat-obatan. Makanya dia ingin segera pulang.
"Ayo pulang." Raka membantu Bela turun dari brangkar.
"Kita mau pulang kemana mas?" terlihat Bela cemas sekali. Dia takut pulang ke Jakarta dan bertemu dengan dalang penculikannya yang tidak lain adalah ibu mertuanya sendiri.
"Pulang ke rumahku yang dulu di Bandung. Mau kan?" Raka menatap Bela yang belum mau turun dari brangkarnya.
"Hmmm. Tapi …"
"Mas kangen kesana. Mau kan?" Bela mengangguk pelan.
Ceklek
"Udah siap?" Dion terkejut setelah membuka pintu ternyata Raka sedang membantu Bela berjalan.
"Eh udah siap ternyata. Elo itu, gendong napa?" Dion kesal melihat Raka yang tidak punya inisiatif untuk menggendong Bela yang baru saja sembuh.
"Biasa. Malu dia."dengus Raka sembari melirik kearah Bela.