"Bel?" panggilan Raka terdengar melemah.
Bela yang merasa dipanggil seketika mengalihkan pandangannya kearah sumber suara. Sebelumnya dia sedang mendengarkan obrolan Steven dan Abraham.
Sedari tadi, Bela mendengarkan cerita Abraham mengenai keadaan Raka selama ditinggalnya. Jujur selama Abraham bercerita akan keadaan Raka, air matanya tidak bisa berhenti menetes.
Buliran air mata itu menjadi saksi betapa sakit dan sedihnya Raka saat ditinggalnya. Dia tidak bisa membayangkan kalau suaminya itu harus menerima pukulan kasar dan keras dari ayahnya sendiri disaat dirinya diculik kemarin. Padahal Raka tidak salah atas penculikan kemarin.
Bela sadar kalau ayah mertuanya itu begitu menyayanginya berbeda dengan ibu mertuanya yang justru sebaliknya malah membenci dan tidak menerimanya.