"Aku pergi dulu. Kamu di rumah sendiri nggak papa kan?" Raka jongkok didepan tubuh Bela yang sedang duduk di tepi ranjang.
"Aku pengen mas di rumah temenin aku." lirih Bela sambil menunduk menghindari kontak mata Raka.
Raka mendengar ucapan Bela yang dibuat lirih itu. Tusukan demi tusukan di hatinya kini mula menancap. Gini amat hidupnya sekarang.
Perasaan dulu ketika diawal-awal pernikahannya, tidak ada perasaan sesakit ini. Rasaya berat sekali kala harus berpisah dengan istrinya bila harus berangkat bekerja. Terlebih malam hari.
Yang seharusnya ia habiskan untuk menemani istrinya tidur supaya Bela bisa tidur nyenyak. Tapi sekarang sudah tidak bisa ia lakukan.
"Apa kamu tersiksa dengan keputusan mas ?"
Bela langsung menatap manik Raka yang berada dibawahnya. Mulut Bela diam alias tidak langsung meresponennya. Tanpa dijelaskan apa maksud Raka barusan, Bela sudah paham duluan. Dia tahu kemana arah bicara suaminya itu.