"Udah mas, jangan sepanik itu." lirih Bela sambil tiduran di brangkar.
Bela melihat suaminya sedang serius mengintrogasi seorang laki-laki muda yang sudah membantunya tadi membawa ke rumah sakit. Ya tanpa bantuan laki-laki itu, mungkin Bela sudah parah pastinya. Tidak henti-hentinya tatapan penuh terima kasih pada laki-laki itu.
"Saya nggak tahu pastinya mas. Tahu-tahu saya lewat, mbak ini sudah didorong dua orang laki-laki." jelas laki-laki itu.
"Dua laki-laki?"geram Raka dengan tangan langsung terkepal kuat dikanan kiri pinggangnya.
"Mas?"dengan tenaga yang lemas, Bela berusaha menggapai tangan suaminya dan akhirnya bisa. Kemudian dielusnya dengan pelan agar emosi suaminya reda.
"Nggak bisa Bel. Ini harus diusut. Mas nggak bisa tinggal diam. Kalau perlu kita harus bawa masalah ini ke meja hijau." Raka menoleh kearah Bela yang terbaring lemah di brangkar rumah sakit sebelah tubuhnya.
"Hahhh." Raka menjambak rambutnya kasar dengan tangan satunya.