"Kamu masih marah?" tanya Raka dengan suara yang serak.
Pertanyaan Raka barusan tidak ditanggapi Bela. Bumil itu sedang menatap lurus kearah jendela yang menyorotkan sinar lampu dari taman dekat. Lampu kamar mereka dimatikan dan hanya menyisakan lampur tidur saja.
"Bel?" Raka mendongak menatap wajah cantik Bela. Laki-laki itu sedang tidur diatas bantal dan didekatkan dengan perut buncit Bela.
Atensi pandangan Bela beralih kearah Raka. Maklum saja sedari tadi dia melamun teringat akan kemarahannya sedari kemarin. Akankah kemarahan dan kekecewaan yang ia pendam kemarin terpaksa luntur begitu saja hanya karena tidak mau melihat Raka menyakiti diri sendiri lagi hanya karena tidak mau didiamkannya terus.
Mengingat rasa sakit yang ditorehkan Raka padanya telah membuat hatinya tercabik-cabik hingga tidak berbentuk sekarang. Akankah rasa kasihannya pada Raka atas kejadian tadi membutnya mengalah.
"Bel, kamu baik-baik saja?"jari-jari lentik Bela terus mengurai rambut hitam legam Raka.