Bela sudah mulai mengantuk. Sembari menunggu suaminya memasak di dapur, dia menunggu di sofa ruang tengah. Untuk mengalihkan rasa kantuknya, kedua matanya ia arahkan pada layar laptop suaminya yang masih menyala itu.
"Kerjaannya banyak banget." ada perasaa terharu pada perjuangan Raka hingga larut malam begini masih berkutat pada pekerjaan dan bukan untuk tidur.
"Kenapa aku harus terjebak sama keadaan begini?"Bela menoleh kearah Raka yang ganti sibuk di dapur.
"Kamu itu memang baik dan penyayang. Tapi kenapa rasa percaya dan suka aku, harus kamu khianati mas." bela menyeka air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.
Tidak terasa jam demi jam telah ia lewati hanya dengan duduk manis sembari menunggu nasi gorengnya matang. Tidak ada niatan sedikitpun untuk membantu Raka di dapur. Yang jelas-jelas ia tahu kalau Raka tidak bisa masak.