Sudah cukup dia menghindar dari Dona. Kalau begini terus dia tidak bisa mengurusi cafenya hanya karena menghindari seorang wanita yang bernama Dona. Untung kantor ayahnya tidak jadi sasaran Dona untuk menemuinya sekaligus mengancamnya.
Tidak seharusnya dia takut pada ancaman wanita itu. Mengingat istrinya yang sudah sangat mempercayainya dan jatuh cinta padanya.
"Apa Bela akan mendengar penjelasanku kalau semua itu tidak sengaja?"benak Raka sambil istirahat di kantor.
"Nggak. Nggak boleh. Bela nggak boleh tahu itu."Raka menepis dulu masalah ancaman Dona.
"Tenang Raka. Tenang. Masalahmu ada banyak. Selesaikanlah satu persatu. Jangan gegabah."batin Raka.
Raka berusaha menenangkan pikiran dan hatinya yang tidak tenang itu dengan memejamkan mata. Mungkin dengan istirahat sambil tiduran di kantornya adalah satu cara untuk merilekskan tubuh dari rasa penatnya sehabis bekerja.
"Dion, Abraham."mata Raka tiba-tiba membelalak saat tidak segaja terlintas kedua sahabatnya itu.