"Bibi, sakit bi."ucap Bela dengan mata terpejam dan tangan Bela masih menggenggam erat tangan Raka seolah-olah bibinya itu berada di posisi Raka saat itu.
Meskipun selama ini, raka terkesan cuek sekali pada bela, tapi melihat keadaan Bela yang terkapar didepannya seperti itu membuatnya tidak tega meninggalkannya. Boro-boro meninggalkannya, melepas genggaman tangan Bela yang begitu erat sekali dirinya tidak bisa. Hingga akhirnya dia mengalah untuk tetap berada di tepi kasur itu untuk menemani Bela.
Yang biasanya dia melihat raut muka bahagia dan ceria pada Bela ketika di sekolah, tapi hari ini sirna begitu saja. Dia sadar semenjak Bela tinggal di rumahnya, raut muka Bela tidak seperti dulu lagi. Seperti ada tekanan yang tengah dipendam oleh wanita itu sendiri. Dan parahnya hari ini raut muka Bela hilang begitu saja dimana dia harus tumbang sakit.