Chereads / ANA AND SECRET BOOK ! / Chapter 28 - Bagian ke Dua Puluh Delapan

Chapter 28 - Bagian ke Dua Puluh Delapan

Aku terdiam mendengar perdebatan itu dan berpikir harus berbuat apa, suara dentuman terus terdengar seperti menantang siapa pun untuk melawan dirinya. Aku pun berdiri.

"Biar ku coba untuk mengetahui siapa dia !" ujarku, semua menatapku.

"Dari mana kamu akan tahu siapa dia ?" tanya Diana.

"Dia pengguna sihir timur, seperti itulah kemampuannya! dia bisa melacarkan sihirnya dengan jarak jauh asalkan targetnya sudah diketahuinya! dimanapun kapanpun dia berada selalu diketahuinya! jadi sebelum targetnya mati maka akan terus seperti itu! ini sekaligus kelebihan dan kelemahan ilmu sihir timur !" jelasku.

"Dari mana lo tahu semua itu ?" tanya Diana lagi, aku tersenyum.

"Nanti aku jelaskan, aku rasa tak mengapa kepada kalian sesama penyihir !" kataku.

"Apa yang akan kamu lakukan ?" tanya Daniel kini.

"Seperti kemarin dengan menggunakan Pentagramku! kurasa ini bukan hanya sekedar pelindung tapi juga pelacak musuh dimana ia berada !" jawabku. Semua terdiam.

"Ana itu sangat berbahaya !" seru tante Meghan.

"Tidak usah khawatir tante, apa yang di katakan tante Selena benar! mereka tak akan berhenti sebelum tugasnya selesai !" jawabku.

"Ya sudah, tapi hati-hati ya ?" aku mengangguk, ia terlihar pasrah.

"Aku ikut denganmu !" ujar Daniel.

"Aku juga !" Diana tidak mau kalah. Aku mengangguk.

Setelah itu kami keluar dari rumah, suara dentuman serangan terdengar sangat jelas walau terlihat biasa keadaan di luar sana, tapi siapa pun yang punya ilmu sihir pasti tahu. Salju putih masih menyelimuti halaman rumah Daniel yang luas, kejadian ini satu hari menjelang tahun baru dimulai.

Dengan langkah pasti dan sesuai perasaanku, aku menuju titik yang tepat dimana harus melakukannya. Ada Daniel dan Diana yang mengikutiku.

"Anu ... Daniel dan Diana tolong berdiri dibelakangku! aku minta menyalurkan energi kalian umtuk membantuku ya, karena ini pertama buatku dan musuhnya termasuk kuat ! pintaku kepada mereka.

"Jangan khawatir, Ana !" jawab Daniel dan Diana, aku mengangguk.

Aku pun memejamkan mata dan melakukan gerakan sama seperti yang dilakukan oma melatih diriku di cermin.

"Kalian sudah siap !" teriakku kepada Daniel dan Diana. Mereka menjawab dan menyentuhkan tangan mereka di kedua pundakku, kurasakan energi mereka mengalir melalui tubuhku.

"Dengan kekuatan bulan, matahari keluarkan cahayamu !" teriakku sambil tanganku menunjuk ke atas tepat sinar matahari menyentuh jariku kurasakan energinya merasuk dalam diriku.

Setelah itu, aku menarik tanganku yang ada cincin di jariku ku tempelkan di bibir sambil mengucap mantra sambil menutup mataku kurasakan energi cincin dan bercahaya, aku seperti dibawa kesuatu tempat yang jauh dimana kami berdiri. Ternyata ke sebuah tempat di negara asia tenggara tepatnya. Seorang lelaki gondrong gimbal mengucap mantra, aku yakin bukan di Indonesia. Tepatnya di sebuah rumah besar menyeramkan. Dia bertelanjang dada memakai kalung tengkorak dan bau dupa menyengat.

"Ini dimana ?" tanya Diana, rupanya mereka berdua terbawa juga olehku.

"Aku rasa pernah melihatnya? tunggu di Thailand !" jawab Daniel.

Tiba-tiba lelaki yang sedang mengucap mantra berhenti dan membuka matanya sambil melotot.

"Siapa kalian !" teriaknya.

"Justru aku ingin tahu kenapa kamu mengganggu kami !" kataku sambil menatapnya

"Oh jadi kamu suruhan tuan Jeremy? tak kusangka dia percaya hal yang ghaib juga, masih anak-anak lagi ha ... ha ... ha ...!" jawabnya tertawa keras.

"Kenapa kamu melakukan itu ?" tanyaku kembali.

"Karena ada seseorang yang membenci dia !" jawabnya, "Bisnis is bisnis tidak perduli dia siapa dan orang mana! bila sudah benci tak akan bisa kemana-mana dia harus mati !" jawabnya sambil tersenyum mengerikan.

"Kamu harus menghentikannya !" perintahku.

"Ha ... ha ... kamu masih anak-anak! aku seorang dukun sakti, sudah 30 tahun aku melakukan ini !" jawabnya sambil menyombongkan diri.

"Kamu tak tahu karma? kamu telah berbuat menghilangkan nyawa orang lain yang tak bersalah hanya demi uang ?" kataku.

"Tahu apa kamu! aku tak perduli, dan akan aku musnah kan kamu juga! ha... ha ...!" dia berdiri dan kembali mengucap mantranya.

Dan entah dari mana datangnya, ular-ular pun berdatangan dari besar sampai kecil mereka menyerang dan sangat banyak.

"Bersiaplah Daniel, Diana ! mereka akan menyerang kita !" teriakku.

"Keluarkan jurus api Ana !" teriak Diana, aku mengangguk berkat trasfer energi, aku bisa melakukan itu.

"Bola api !" teriakku dan muncullah bola api kecil dan banyak menyerang ular hitam.

"DDDDUUAARR !!

Terdengar bunyi ledakan, semua ular mati. Tapi itu ternyata membuat sang dukun marah, walau Thailand mayoritas agama Budha tetap saja ada yang melenceng dari agama yang dianutnya dan termasuk punya sihir terkuat di asia.

--------------------

Kini ia mengeluarkan monster dan mahluk jahat tak kasat mata menyerang kami, tentu saja aku dan Daniel serta Diana tak tinggal diam. Semua kekuatan elemen keluar dari diriku berkat Daniel dan Diana. Jadilah pertempuran antara sihir barat dan timur.

"Kurang ajar ! kalian akan mati !" teriak si dukun.

"Bersiaplah kalian! ini jurus pamungkasku ! ha ... ha ...!!" teriaknya lagi sambil mengeluarkan sebuah keris yang berbeda bentuknya dari Indonesia.

"Maaf, kalian juga bersiaplah !" ujarku.

"Tentu saja !" jawab mereka berdua.

Dari keris itu keluarlah mahluk yang lebih besar dan menyeramkan serta tubuh dan wajah si dukun pun sama berubah. Mereka berdua mengeluarkan ilmunya. Sementara aku memejamkan mata dan mendekatkan cincin ke bibirku dan merapal mantra. Kubuka mataku dan ...

"Dengan kekuatan dewi venus ... lepaskanlah !! aku berteriak sambil menunjukan jariku ke arah keris sakti sang dukun, dari jariku melesat sebuah cahaya putih.

"AAAAAAHHHHRRGGG !!

"DDDDHHHUUUUAAAARRRR !!

Terdengar suara teriakan si dukun dan monsternya dan diiringi suara ledakan dari keris itu, setelah itu tubuh kami seperti di tarik kembali ke tempat semula. Tubuhku ambruk ke tanah tanpa sadarkan diri.

"Ana ... Ana .... !" oma ... lirihku dalam hati, aku membuka mata dan aku melihat sosok oma tersenyum.

"Kamu hebat Ana ... !" ujarnya, aku tersenyum tanpa sadar air mataku meleleh.

"Ana ... Ana ... bangun !" aku mendengar suara Daniel, dan ku buka mataku.

"Syukurlah kamu tidak apa-apa !" ujar papanya Daniel ternyata mereka semua berkumpul di kamarku.

"Maaf om !" kataku sambil mengusap air mataku.

"Tidak apa-apa, justru kami berterima kasih! berkat kamu semua selamat ! kamu hebat, bisa disebut kamu menggantikan oma kamu sebagai penyihir dua aliran barat dan timur !" ucap om Jack papanya Daniel.

Semua kembali normal, aku merayakan tahun baru bersama dengan keluarga besar Daniel, setelah itu aku pamitan untuk pulang. Dan Daniel mengantarku. Kedua orang tuaku berterima kasih. Aku menikmati sisa liburan sebelum masuk sekolah kembali.

-----------------

Tak terasa waktu sekolah sudah kembali, aku kini pergi sendiri tanpa bantuan orang lain. Dan aku juga mengenal orang-orang yang ada di kota kecil tempat kami tinggal, awalnya mereka terkejut tapi aku memutuskan berkenalan dengan para penduduk selama liburan, akhirnya semua tahu aku cucu oma Christina dan mengenalnya.

Aku bertemu dengan teman-temanku, ketika baru masuk kelas ternyata aku dipindahkan langsung ke level lima ! aku tertegun. Menurut kepala sekolah kemampuan sihirku sudah lebih dari level empat. Dengan berat hati aku harus berpisah dengan teman-temanku.

Tentu saja asramaku juga pindah dan kali ini ruangannya satu kamar satu murid. Dan aku baru tahu itu ternyata asrama khusus kalangan elit atau sultan di sekolah ini. Aku yakin ini pasti perbuatan Daniel. Ternyata benar dia menyambutku di depan asrama yang berbeda jauh dengan asrama lainnya.

"Kenapa, aku harus pindah ?" tanyaku.

"Bukan aku Ana! yang punya wewenang khusus kepala sekolah atas rekomendasi papa !" jawab Daniel, benar juga sih, apa karena kejadian kemarin ? entahlah.

Aku pun diajak melihat kamarku dan seperti telah ku duga. Kamarku seperti di hotel tapi dengan dekorasi seperti kamarku di rumah bergaya kastil atau kerajaan, yang jelas lebih besar dari sebelumnya. Peraturannya sama laki-laki dan perempuan di pisah. Setelah itu Daniel pergi pamitan, sedang aku mencari kelasku setelah di beritahu olehnya. Aku berdiri di depan kelasku dan menarik nafas.

"Permisi !" ucapku, ada seorang guru perempuan datang, dan semua murid menatapku tajam.

"Karennina ?" ucapnya, aku mengangguk.

"Anak-anak, hari ini ada murid pindahan! harusnya sekarang level empat tapi kemudian di pindah ke level lima !" jelas sang guru, dia pun memintaku duduk setelah memperkenalkanku. Aku duduk paling belakang, mereka masih menatapku dengan tajam tidak bersahabat ...

Bersambung ....