78. Semuanya menjadi hancur
"Kau bukan piero van trochel? Siapakah dirimu..? "
".....Ve....venus....Dunia... Lain... "
Venus terlihat sangat kesakitan, dirinya berusaha untuk menjelaskan keadaanya kepada max.
Maxi merangkai kembali perkataan yang didengarnya dari Venus, sambil mencoba berpikir jernih.
'Venus bukan piero van trochel dan dunia lain... '
'Venus dari dunia lain! '
Max mengenggam tangan Venus dan segera memastikan satu hal lagi.
" Apakah tubuhmu terdapat sihir hitam? "
"Ukh"
Darah segar kembali keluar dari mulut Venus. Maxi segera membantu Venus untuk menyeka darahnya. Hal ini harus segera dipastikan olehnya untuk mengambil langkah selanjutnya kepada Venus.
Venus menganggukkan kepalanya.
"Apakah akan berbahaya jika sihir itu meninggalkan tubuhmu? "
Venus kembali mengangguk sambil mengerang kesakitan.
Maxi berdiri dari tempat duduknya sambil memandangi Venus.
" Aku akan mendengar penjelasanmu nanti Venus"
Mata Venus berpandangan dengan maxi. Wajah maxi terlihat cemas dan terluka saat melihat keadaan Venus.
Maxi segera berjalan keluar dengan cepat dari ruangan itu sambil memerintahkan bawahan elliot dengan tegas.
" Sampaikan kepada Tristan untuk tidak membawa dokter kedalam kamar ini. "
"Baik yang mulia. "
Ksatria bayaran bawahan elliot terlihat mematuhi arahan dari maxi. Situasi yang mereka hadapi saat ini terlalu membingungkan untuk ditangani oleh mereka sendiri.
" Jaga kamar ini dan jangan biarkan siapapun masuk kedalam tempat ini! Jaga dengan mempertaruhkan nyawa kalian! "
Untuk pertama kalinya para Ksatria bayaran itu setuju dengan pemikiran maxi dan melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh maxi kepada mereka.
Maxi naik keatas kudanya dengan cepat tanpa menghiraukan pengemudi kereta kuda kerajaan yang dinaiki olehnya. Dia tidak ingin menaiki kereta itu dan memilih menunggang kudanya karena dia ingin cepat menuju istana.
"Yang mulia! Apa yang akan anda lakukan? "
" Sekarang cepat menuju ke istana untuk siapkan semua pasukan pribadiku! "
Setelah memerintahkan hal itu, maxi memacu kudanya dengan cepat.
******************************************
"Yang mulia putra mahkota! "
Seluruh pasukan pribadi pangeran maxi telah berkumpul didepan halaman istana sambil menunggang kudanya. Maxi memimpin dari depan pasukan sambil memberikan aba-aba.
" Sekarang bersiap untuk segera ke patung saintess agung! "
Para pasukan pribadinya terlihat heran ketika mendengar perintah dari maxi.
"Sekarang juga, kita akan membubarkan upacara pembersihan masal! "
'! "
"! "
"! "
Maxi berteriak dengan suara lantang, kemudian melanjutkan perintahnya lagi.
" Apapun yang terjadi kalian harus membubarkan nya! "
"Baik yang mulia! "
Maxi memimpin pasukannya ke pusat kota emerland, tempat dilaksanakannya upacara suci pembersihan masal.
Dengan membawa pedang dan peralatan tempur mereka, seluruh pasukan sampai ditempat itu dan mulai memacu kudanya kearah lingkaran suci yang dikelilingi oleh para pendeta kuil suci.
"Semuanya.... Siap serang!!! "
Setelah aba-aba dari maxi, semua prajurit menyerbu para pendeta kuil sambil menabrakkan kudanya untuk membubarkan lingkaran upacaranya.
"A... Apa ini? Yang mulia putra mahkota!!!! "
Ariel berteriak terkejut melihat maxi memimpin para prajurit pribadinya itu untuk membubarkan upacara mereka. Wajah ariel berubah menjadi pucat pasi. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa putra mahkota mengacaukan upacara pembersihan masal ini?
"Hentikan semuanya ariel!!!!! "
Maxi berteriak dengan lantang dari atas kudanya. Kuda maxi masih memacu dengan cepat untuk menerobos kearah altar tempat ariel dan pendeta suci mortinus berdiri.
"Ke.. Kenapa? "
Ariel tidak mengerti kenapa maxi ingin menghentikannya. Upacara ini adalah salah satu cara untuk membersihkan kerajaan emerland dari sihir hitam. Semua ini adalah untuk melawan Farel, tetapi kenapa maxi mengacaukannya?
"Yang mulia putra mahkota! "
Pendeta mortinus vierre sicoz yang berdiri disamping Ariel, juga tidak kalah terkejutnya dari Ariel. Wajahnya menjadi kaku dan setengah mulutnya terbuka karena melihat pangeran kerajaan itu sedang mengacaukan upacara suci untuk melawan sihir hitam.
"Hentikan semua ini, atau semuanya akan terluka! "
Kuda yang dikendarai oleh maxi menghantam altar utama. Ariel dan pendeta mortinus segera terjatuh dari tempat itu.
"Apakah anda sudah gila!? "
Ariel berteriak sambil terus menangis.
" Ini dapat membahayakan nyawa anda yang mulia! "
Ariel terus berteriak untuk menyadarkan maxi. Tetapi maxi yang tidak menghiraukan perkataanya, masih terus menghancurkan patung suci yang menjadi inti dari kerajaan emerland itu.
Pendeta suci mortinus segera berlari kearah maxi sambil mencoba untuk menghentikannya.
"Hentikan yang mulia! "
"Hentikan...! "
"Hentikan!!!! "
Maxi dan prajuritnya terus menebas patung itu. Bagian penghubung kekuatan suci dipatung itu telah dihancurkan seluruhnya oleh maxi dan pasukannya.
Pendeta suci mortinus berteriak dengan putus asa.
" Kenapa anda melakukan ini yang mulia... ?"
"Tanpa ini.... Kita tidak dapat membersihkan sihir hitam didalam kerajaan emerland. "
"..... "
Maxi tidak menjawab apapun.
" Takdir anda..... Takdir anda yang mulia... "
Hanya saat itu maxi menolehkan kepalanya untuk menatap pendeta suci mortinus. Matanya menatap tajam dan maxi menjawabnya dengan tegas.
" Takdirku bukan sesuatu yang ditentukan oleh siapapun, bahkan oleh dewa! Takdirku ditentukan oleh diriku sendiri! "
Mata maxi menunjukan tekatnya yang kuat. Pendeta mortinus bergetar ketakutan ketika mendengar jawaban dari maxi.
Takdir maxi yang diketahui oleh mortinus, adalah sebagai pembawa pedang suci yang melindungi dan membunuh pengikut dari penyihir hitam Farel. Dirinya diberikan berkat suci untuk melawan penyihir hitam dan untuk melindungi saintess Ariel. Maxi de emerland adalah raja dan matahari masa depan kerajaan emerland. Maxi adalah tiang penyokong Ariel vierre Raven yang menjadi cahaya kerajaan emerland dan melindungi kerajaan emerland dari Farel.
Ini adalah takdir mereka berdua. Mortinus tahu bahwa maxi dan ariel merupakan tokoh penting dan inti dari dunia yang mereka tempati. Semua kehidupan didunia ini berpusat kepada tindakan mereka. Seharusnya semuanya seperti itu.
'Kenapa ini bisa terjadi? '
Sekarang yang dilihatnya adalah maxi yang seharusnya melindungi dan membawa kekuatan suci itu menghancurkan patung saintess agung.
Putra mahkota yang seharusnya membunuh penyihir hitam itu sekarang menghancurkan upacara suci untuk menyingkirkan sihir hitam.
Takdir yang diketahui olehnya telah berubah dengan sangat menakutkan.
Semuanya telah terbalik, semuanya telah berputar dan melawan arusnya.
'Apakah sekarang putra mahkota sedang melindungi sihir hitam? '
Kekacauan macam apa yang akan terjadi?
"Kekacauan akan terjadi! "
Pendeta mortinus berteriak dengan keras untuk mengingatkan maxi.
" Kehancuran akan menghampiri anda!! "
"... "
" Takdir telah menjadi kacau dan anda telah membuat semua ini menjadi semakin kacau! Masa depan dunia ini akan menuju kehancuran yang mulia! "
Maxi menghentikan kudanya dan melihat kearah Pendeta mortinus untuk beberapa saat. Pangeran maxi tidak berkata apa-apa, dirinya hanya terdiam kemudian memacu kudanya untuk meninggalkan tempat itu bersama seluruh pasukannya.
Tempat itu menjadi berantakan, patung suci saintess agung telah menjadi hancur tak bersisa.
Seluruh pengikut kuil suci dan Pendeta suci terluka. Beberapa dari mereka menangis karena melihat keadaan tempat itu dan patung suci yang mereka puja itu menjadi hancur berkeping-keping.
"Segera laporkan kepada yang mulia raja! "
Dengan mata penuh kemarahan, pendeta mortinus memerintahkan bawahannya untuk menyampaikan situasi ini kepada raja.
*****************************************
Setelah mempimpin pasukannya untuk membubarkan uparacara pembersihan masal Dan menghancurkan patung suci saintess agung. Maxi memisahkan diri dari pasukannya dan segera menuju gedung organisasi Ksatria bayaran tempat Venus berada.
Pikirannya menjadi kacau. Dia telah melakukan sesuatu yang membuatnya menjadi musuh dari raja dan rakyat kerajaan emerland. Dirinya yang mengacaukan upacara itu telah menandakan bahwa dirinya telah mendukung sihir hitam.
Menghancurkan patung suci adalah salah satu perbuatan yang sangat tidak pantas.
Tetapi ketika melihat kondisi Venus yang kesakitan dan penuh darah diatas tempat tidurnya, pikiran maxi hanya dipenuhi oleh cara untuk membuat Venus tidak kesakitan lagi. Tubuhnya bergerak sendiri untuk menghentikan upacara itu, agar tidak membahayakan nyawa Venus.
Tampaknya alam bawah sadarnya lebih cepat bertindak daripada pikiran jernihnya.
Setelah ini mungkin saja dia akan kehilangan tahtanya. Bahkan mungkin saja kehilangan nyawanya, karena dirinya yang merupakan putra mahkota itu, telah bersekutu dengan sihir hitam.
"Walaupun seperti itu, setidaknya aku yang tidak berdaya untuk melakukan sesuatu ini, telah menghentikan sesuatu yang dapat mengancam nyawamu"
Maxi tersenyum kecil. Selama ini maxi mengira yang diinginkan olehnya itu adalah tahta yang membuat dirinya tidak dikontrol oleh ayahnya lagi. Tetapi tahta tanpa Venus didunia ini adalah sesuatu yang tidak dapat dibayangkan olehnya. Jika itu terjadi maka kehidupannya mungkin akan sangat menyakitkan daripada mati.
Karena itu, walaupun harus menjadi musuh satu kerajaan. Dirinya tidak menyesal telah menghentikan upacara itu.
Ucapan terakhir yang didegarnya dari Pendeta mortinus itu kembali muncul dikepalanya.
'Kehancuran akan menghampiri anda!!'
Maxi mengaitkan tali kudanya dan tersenyum kecil sambil memandangi bulan yang bersinar terang diatas langit.
Jika takdirnya adalah harus membunuh Venus yang memiliki sihir Farel ditubuhnya dengan tangannya sendiri, lebih baik dia memilih kehancuran dengan melawan takdirnya.
"Jika kehancurannya adalah hal yang seperti ini, tampaknya tidak buruk juga... "
Dewa takdir? Memangnya semua ini merupakan panggung hiburan untuk nya? Menentukan takdirku begitu saja seakan bukan apa-apa.
"Takdirku bukan ditentukan olehmu! "
"Takdirku adalah milik ku dan hanya ditentukan olehku! "
"Aku yang memilih takdirku! "
".... Dan aku tidak menyesalinya"
Takdir yang dijalaninya selama ini telah diaturkan oleh dewa kepadanya. Hidup tanpa kasih sayang orang tua.
Ayah yang memperlakukannya seperti benda mati dan menganggapnya boneka. Ibu yang hanya mementingkan kedudukannya dan perhatian ayahnya. Selama ini dia hidup dengan mengisi kekosongan hatinya dari tubuh para wanita.
Dirinya yang memiliki kedudukan sebagai putra mahkota itu, tidak pernah memiliki kekuatan apapun. Selama ini dia menganggap itu adalah hal yang wajar. Dirinya yang hidup dalam kemewahan, para bawahan yang mendengarkan perintahnya dan para wanita yang terus Mengaguminya itu merupakan salah satu hal yang dapat dimiliki olehnya.
Walaupun terus ditemani oleh banyak wanita, kekosongan hatinya tidak pernah terisi oleh siapapun. Selama ini dia merasa semua wanita itu sama saja, wanita hanya alat untuk memuaskan tubuhnya saja. Karena itu, maxi menerima semua wanita yang dicalonkan kepadanya sebagai tunangannya. Karena siapapun itu, tidak masalah untuknya, karena wanita hanya bunga yang melengkapinya. Setidaknya itu yang dia pikirkan olehnya sebelum dia mengenal Venus.