"Maaf, saya belum bisa memberitahu banyak," jawab Daisy.
Jeremy tersenyum padanya. "Nggak apa-apa. Saya yang lancang bertanya banyak padamu. Saya tinggal di daerah sini. Biasanya ke sini karena memang sedang nggak bisa tidur."
Daisy mengangguk paham apa yang dikatakan Jeremy.
Ia berpikir bahwa tidak masalah jika ia berkenalan dengan laki-laki lain, bukan? Lagi pula Daisy melihat Jeremy sebagai laki-laki yang baik. Tapi Daisy juga merasa pusing dengan urusan Alvon dan Zen.
"Wajahmu kelihatan sedih," ujar Jeremy.
"Aku, cuma lelah aja. Iya, lelah."
Jeremy tertawa kecil. Bukan bermaksud mengejek Daisy. Tapi ia tahu bahwa Daisy memang sedang bersedih.
"Ini kartu namaku," tiba-tiba Jeremy memberikan kartu namanya. Kartu nama yang mencetak jelas namanya dengan huruf kapital dan mencantumkan apa pekerjaannya.
Daisy menahan malunya dan tersenyum kecil. Ternyata Jeremy adalah seorang psikiater. Tentu saja ia tahu apa yang terjadi padanya.