Walau ia marah, bukan berarti ia tidak peduli. Sejauh apa pun ia dari suaminya, ia tetap mencintai. Tapi terkadang, Zen tidak melihat nya sebagai seorang istri.
Perasaan sakit dan merasa terluka itu masih ada. Baginya, membuat Zen seorang diri adalah hukuman untuknya. Setidaknya itulah yang bisa Lissa lakukan dari pada meminta cerai atau berpisah.
Demam yang dialami Zen tak kunjung mereda. Sesekali ia mengigau nama Daisy, tapi Lissa tetap meneguhkan dirinya.
Hubungan Zen dan Daisy sudah berlebihan baginya. Ia tidak tahu seberapa parah hubungan mereka dulu, tapi jika Zen sudah sampai seperti ini, artinya hubungan mereka sangat melebihi masa lalu mereka.
"Jangan terlalu menyalahkan Nona Daisy," suara Tino terdengar seraya menyentuh bahu Lissa.
Lissa menoleh dan mencebikkan bibirnya. "Kenapa kamu membelanya, Tino? Ini kan terjadi karena dia!"