Tatapan Cindy yang aneh jelas membuat Sofi menjadi bertanya-tanya. Apa pula maksudnya menatap seperti itu? Meski begitu, tidak disampaikannya secara langsung. Sofi sadar bila ia harus segera menuju lantai satu. Ada seseorang yang sudah pasti sedang menunggunya di sana. Ya, sekadar mengerjakan pekerjaan rumah.
"Cindy … ayo ikut denganku ke bawah. Kamu tak mau kan mendengar suara Ibu yang sangat melengking di pagi hari …."
"O? Haruskah kita ke bawah?" Cindy mengulangi pertanyaan itu. "Haruskah?" sesungguhnya, ia terlalu malas untuk melakukannya. "Bagaimana kalau Kak Sofi saja? Aku kan … nanti akan diam di rumah dan mengerjakan pekerjaan lainnya. Bagaimana?" Cindy sedang melakukan tawar menawar.
Sofi menghela napas. "Dasar! Bilang saja kalau malas! Ya sudah kalau tak mau. Kalau Ibu tanya padaku, aku akan langsung bilang kalau kamu tak mau membantu, ya! Jangan berharap aku mau berbohong lagi."