"Cindy!" Teriakan itu terus terdengar dan akhirnya membuatnya terbangun.
Cindy menatap seseorang sudah berdiri di sana. Sudah lengkap dengan kedua tangan yang berada di pinggang. Cindy mengucek mata dan memandangi sekitar. Ini adalah ruangan yang sangat dikenalinya—kamarnya sendiri. Lalu, apa semua yang ia alami tadi hanya mimpi? Cindy tersenyum. Bangun tidur itu menyelamatkannya dari pengerjaran yang sangat mengerikan.
"Astaga! Pantas saja! Ternyata kamu sedari tadi hanya tidur, ckckck."
"Ehehe, Ayah … sejak kapan Ayah di sana? A … iya, aku sangat lelah setelah bermain dengan teman-temanku tadi." Cindy masih mengucek matanya. "Apa Ayah memerlukan sesuatu?" tanyanya lagi.
"Tidak ada. Ayah hanya ingin memberikanmu ini. Boleh Ayah masuk?"
"Hahaha! Tentu saja boleh. Ini adalah rumah Ayah, bukan. Malahan aku di sini hanyalah numpang."