Siang itu begitu terik membakar kulit. Syifa keluar dari lobi bandara dan berjalan ke sebuah ruang tunggu penjemputan penumpang dari bandara. Tidak lama ada sopir taksi bandara menghampirinya.
"Mau pulang ke mana Neng?" Tanya sopir itu kepada Syifa.
"Mau pulang ke Bandung Mang." Jawab Syifa.
"Lumayan Jauh Neng, mau saya antar?" Tanya sopir taksi bandara itu kepada Syifa.
"Berapa ongkos taksi sampai ke rumah saya?" Tanya Syifa kepada sopir taksi itu sambil memberikan alamat rumahnya.
"Tiga ratus ribu Neng, atau bisa pakai argo." Jawab sopir taxi itu.
Syifa membuka tas dan menghitung uang yang masih tersisa.
"Pak! uang saya tinggal dua ratus lima puluh ribu, kalau bapak mau bisa antar saya sampai rumah." Kata Syifa kepada sopir taksi itu.
"Ditambahin ya neng nanti kalau sudah sampai rumah!" Kata Sopir taksi itu.
"Uang saya tinggal ini pak, di rumah tidak ada siapa-siapa, saya tinggal sendiri di rumah." Kata Syifa.
"Baiklah Neng, itu mobilnya." Kata sopir taksi itu kepada Syifa.
Syifa berjalan mengikuti sopir taksi tadi dan masuk ke mobil yang di tuju.
"Ada perlu apa Neng di bandara sendirian." Tanya Sopir taksi itu.
"Bertemu teman Mang." Jawab Syifa seperlunya.
"Temannya kerja di bandara Neng?" Tanya Sopir taksi itu lagi.
"Tidak Mang." Jawab Syifa
"Berarti ngantar teman yang mau ke luar negeri." Kata Sopir taksi itu.
"Sebenarnya Saya tidak mengantar teman saya, cuma saya pengen ketemu saja sebelum Dia terbang ke luar negeri." Kata Syifa kepada sopir taksi itu.
"Berarti berangkatnya tidak bersamaan sama teman kamu?" Tanya Sopir taksi itu.
"Iya mang, teman saya beberapa hari ingin ketemu saya. Tetapi tidak pernah ketemu. Dan saya tidak tahu kalau dia mau berangkat ke luar negeri maka saya datang ke rumahnya. Tetapi ternyata dia telah lebih dulu berangkat dan akhirnya saya harus menyusulnya." Terang Syifa kepada Sopir Taksi itu.
"Rumahnya di mana sih Mang?" Tanya Syifa balik.
"Rumah Mamang asal Suka Bumi kemudian Mamang merantau ke jakarta dan dapat istri asal Cirebon.
Di Jakarta sendiri mamang masih ngontrak, mau beli rumah belum cukup uang. Maklum di Jakarta semua mahal." Cerita sopir taksi itu.
"Neng sudah kerja apa masih kuliah?" Tanya sopir taksi itu.
"Saya masih kuliah Mang, tetapi untuk menghidupi diri saya sendiri saya harus kerja?" kata Syifa menjawab pertanyaan sopir taksi yang di tumpanginya.
"Wah, hebat dong." Kata sopir taksi itu.
"Apa hebatnya dari wanita miskin yang hidup sebatang kara dan rela jadi kuli demi menyambung hidup?" Kata Syifa kepada Sopir taksi itu.
"Neng, Tidak banyak wanita seperti kamu. Banyak wanita lemah karena dimanjakan oleh Suaminya, atau keluarganya. Dan keadaan itulah bahasa Tuhan untuk menjadikanmu menjadi wanita perkasa." Kata sopir taksi itu.
"Apakah istri mamang bekerja seperti saya?" Tanya Syifa kepada Sopir taksi itu.
"Istri saya ibu rumah tangga yang kesehariannya mengurus saya dan ketiga anak saya. Tetapi dulu sebelum menjadi istri saya dia bekerja di pabrik sepatu di Bekasi." Cerita Sopir taksi itu kepada Syifa.
"Kalau boleh Saya tahu Mamang suka wanita karir apa ibu rumah tangga?" Tanya Syifa kepada Sopir taksi itu.
"Pertanyaan kamu terlalu subyektif neng." Kata Sopir taxi itu kepada Syifa.
"Maksudnya Mang?" Tanya Syifa penasaran.
"Saat ini kondisi Mamang hidup pas-pasan pekerjaan ada walau dengan hasil yang masih jauh dari cukup sementara istri saya hanya bisa jadi ibu rumah tangga biasa yang sehari-hari hanya urus saya dan anak-anak saya. Apakah saya puas dengan keadaan hidup saya seperti ini? tentu tidak. Apakah saya tidak bersyukur dan ridho dengan keadaan saya seperti ini? tentu saya ridho dan bersyukur dengan keadaan yang ada.
"Terus apa kaitanya dengan pertanyaanmu tadi saya jawab wanita sebagai ibu rumah tangga yang utama. Akan tetapi dalam kondisi tertentu seperti kamu tentu wanita yang bekerja lebih utama. Kesimpulanya baik wanita sebagai ibu rumah tangga maupun wanita karir keduanya adalah baik." Terang sopir taksi itu.
"Neng, Siang ini terik sekali bukan? Jika ingin turun beli minum atau ke kamar mandi kamu bilang saja, tidak usah sungkan." Kata Sopir taksi itu.
"Iya Mang." Jawab Syifa.
"Masih separo perjalanan kalau kamu capek atau kantuk tidur saja, nanti Saya bangunkan kalau sudah sampai kota." Kata Sopir taksi itu kepada Syifa.
"Badan capek tetapi tidak bisa tidur Mang." Kata Syifa.
"Kamu memikirkan sesuatu?" Tanya Sopir itu.
"Banyak Mang." Jawab Syifa.
"Bersyukurlah, artinya kamu masih terjaga yang membuat jiwamu selalu hidup.' kata sopir taksi itu lagi.
"Maksudnya Mang?" Tanya Syifa.
"Otak itu fungsinya untuk berfikir. Jika sudah tidak ada lagi yang kamu pikirkan lantas apa gunanya kamu punya otak. Lewat pikiran di otak itulah semua anggota tubuhmu bisa bekerja dan bergerak sesuai perintah otak kita. Coba pikirkan jika otak kita kosong tidak ada yang dipikirkan. Tentu semua anggota tubuh kita akan diam dan berhenti karena tidak ada perintah dari otak." Terang Sopir taksi itu.
"Neng, kamu tertidur?" Tanya Sopir taksi itu.
"Keasyikan mendengar nasehat dari Mamang jadi ngantuk. Apa pikiran saya jadi kosong?" tanya Syifa kepada sopir taksi itu.
"Pikiran kamu tidak kosong, hanya otak kamu lelah ketika otak menggunakan energi untuk berfikir tentu akan mengalami kelelahan. Sistem kerja otak yang lelah akan mempengaruhi perintah ke organ tubuh yang lain menjadi lambat dan bisa terhenti pada saat itulah manusia bisa tertidur untuk mengistirahatkan semua sistem organ yang ada. "Terang sopir taksi itu.
"Sebentar lagi masuk kota Neng. butuh waktu berapa lama bisa sampai ke rumah." Tanya Sopir taksi itu.
"Paling tidak sampai setengah jam akan sampai ke rumah mang kalau jalan normal seperti ini."Jawab Syifa kepada Sopir taksi itu.
"Di kampung lagi musim apa Neng?" Tanya sopir taksi itu.
"Masyarakat kampung kami terbiasa nanam padi sepanjang musim Mang." Jawab Syifa.
"Tidak ada yang menanam sayur atau palawija Neng?" Tanya Sopir taksi itu dalam obrolannya.
"Tekstur tanah di kampung Kami cenderung berlumpur paling cocok untuk ditanami padi Mang." Terang Syifa kepada sopir taksi itu.
"Setelah lampu merah ini kita ambil jalan arah mana Neng?" Tanya sopir taksi tu.
"Ambil jalan ke kanan Mang, setelah itu ada pertigaan belok kiri terus sampai ke kampung Saya." Terang Syifa kepada Sopir taksi itu.
"Baiklah Neng Saya ngikut saja." Kata Sopir taksi itu kepada Syifa.
Mobil itu meluncur pada rute jalan menuju rumah Syifa. Hingga sampai pada batas kota sopir taksi itu melambatkan mobilnya.
"Kampungnya sebelah mana Neng?" Tanya Sopir taksi itu kepada Syifa.
"Di depan itu ada gapura masuk Mang?" Jawab Syifa.
Dan mobil itu masuk menyusuri jalan kampung menuju rumah Syifa.
"Di depan itu ada gardu jaga lurus saja Mang!" Kata Syifa.
"Baik Neng." Jawab Sopir taksi itu.
"Itu rumah joglo klasik ada halaman depannya tempat tinggal saya Mang." Kata Syifa kepada Sopir taksi itu.
"Ini ya Neng." Kata sopir taksi itu sambil memberhentikan mobilnya.
"Ini Mang ongkosnya." Kata Syifa sambil mengulurkan tangan dengan uang yang Ia punya.
"Terima kasih Neng." Jawab Sopir taksi itu sambil memutar balik mobilnya dan kembali ke tempat semula.