Chereads / Salju Di Korea / Chapter 18 - Bab 18 Serpihan Hati Yang Hilang(4)

Chapter 18 - Bab 18 Serpihan Hati Yang Hilang(4)

Sore itu Syifa masih dengan pekerjaannya menggoreng potongan-potongan tepung kanji yang sudah dikeringkan dan kemudian menjadi krupuk. Sementara sebelah juga potongan-potongan pisang yang akan diolah menjadi keripik pisang sebagai cemilan untuk dipasarkan ke warung dan toko-toko makanan belum juga dikerjakan.

Memang permintaan pasar menjelang libur panjang cenderung meningkat. Hal itu membuat pelaku usaha kecil harus memambah stok produksi untuk menghindari kelangkaan barang di musim libur panjang. Para pelaku usaha harus menambah jam kerja atau lembur untuk para karyawannya.

Demikian juga halnya dengan Syifa, harus mengikuti aturan yang diberlakukan pemilik usaha. walau sebenarnya pemilik usaha tidak mau menerima buruh yang masih usia sekolah namun karena Syifa tidak ada yang membiayai hidupnya pemilik usaha memberinya pekerjaan sekedar untuk menyambung hidupnya.

"Syifa! kamu boleh pulang, besok sekolah." Kata Pak Haji pemilik usaha itu mengingatkan Syifa.

"Apakah Saya tidak boleh ikut lembur pak?" Tanya Syifa kepada Pak Haji itu.

"Tentu boleh, pekerjaanpun menumpuk. Tetapi Bapak tidak ingin kamu bolos sekolah karena kecapekan dengan pekerjaan kamu." Tutur Pak Haji kepada Syifa.

"Badan saya memang capek Pak Haji, tetapi Saya tidak akan bolos sekolah. Saya janji. Saya hanya butuh hasil lebih bulan ini karena Saya harus bayar sekolah dan kebutuhan lainnya." Kata Syifa kepada Pak Haji.

"Baik, bekerjalah yang sungguh-sungguh jangan lupa belajarmu. Kelak akan berhasil untuk masa depanmu yang lebih baik." Nasehat Pak Haji kepada Syifa.

"Terima kasih Pak Haji sudah ijinkan Syifa ikut lembur juga nasehatnya." Syifa sangat bahagia karena akhirnya diijinkan lembur.

Ada beberapa orang usia remaja yang bekerja di tempat usaha Pak Haji karena putus sekolah. Pak Haji sudah mencoba membujuk mereka untuk melanjutkan sekolah tetapi mereka tidak mau. Salah satu yang menjadi alasan mereka enggan sekolah lagi selain biaya, usia mereka lebih tua dari usia sekolah pada umumnya. Ada perasaan malu minder tidak percaya diri untuk belajar.

Kehadiran Pak Haji dan pelaku usaha kecil lainnya menjadi angin segar bagi warga sekitar karena jelas dapat meningkatkan perekonomian warga. Warga yang tadinya hanya petani kecil atau bahkan buruh tani dengan hasil yang tidak pasti bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dari sebelumnya.

Hingga malam menjelang Syifa mulai berkemas dari tempat kerjanya dan pulang ditemani gelapnya malam.

"Assalamualaikum" ucap Syifa sambil membuka pintu rumahnya. "Waalaikumussalam." Jawab Nenek Syifa sambil berjalan dengan dibantu tongkat kayunya. Berjalannya usia dan beratnya beban hidup dengan segudang problematikanya, menghantarkan Nenek Syifa menjadi wanita tua yang ringkih. Bahkan untuk berjalanpun tanganya harus menopang tongkat untuk menjaga keseimbangan agar tidak jatuh.

"Baru pulang Syifa?" Tanya Nenek kepada Syifa.

"Iya Nek. Menjelang libur panjang banyak pesanan dan harus segera dikirim akhir bulan ini." Terang Syifa kepada Neneknya.

"Nenek sudah makan? Ini Syifa bawa lauk ikan mujair bumbu rujak dari warung dekat Rumah Pak Haji. Badan Syifa sudah capek untuk masak lagi buat makan malam dan akhirnya memutuskan untuk beli lauk saja." Tutur Syifa.

"Makanlah! Nenek sudah makan apa yang kamu masak tadi siang di meja." Kata Nenek kepada Syifa.

"Iya Nek, tetapi Syifa mau mandi dulu badan bau keringat dan tidak nyaman." Kata Syifa sambil berjalan menuju kamar mandi.

Di ruang makan yang sederhana itu Syifa makan dengan lahab ditemani Neneknya yang duduk didekatnya.

"Syifa! Kini kamu sudah besar, sudah menjadi gadis yang cantik. Andaikan kedua orang tuamu masih hidup tentu sangat bahagia. Nenek bersyukur masih diberi umur panjang untuk bisa melihatmu tumbuh dewasa." Tutur nenek ditengah-tengah makan malam Syifa.

Malam semakin larut, rasa capek dan kantuk mulai menyerang namun Syifa menyempatkan diri membuka buku pelajarannya untuk esok hari. Syifa tidak akan menyianyiakan nasehat pak Haji untuk tetap belajar meskipun badan telah lelah bekerja tetap harus belajar.

Sementara Sudah beberapa hari di ruang ICU Raja belum juga sadar dari koma. Lelah, kantuk dan juga sedih masih menyelimuti keluarga Pak Karta berharap segera ada kabar baik buat Raja.

"Bagaimana keadaanya dok?" Tanya Ny Indah hampir setiap saat dokter melakukan pemeriksaan.

"Denyut nadi dan jantung sudah normal, cuma sensor syaraf ke otak yang masih dalam proses pemulihan." Kata dokter.

"Sabda! Sebaiknya kamu pulang, ajak serta Ibumu biar istirahat di rumah. Besok kamu sekolah dan ibumu ke kantor. Soal Raja Aku yang akan menjaganya." Kata Pak Karta kepada Sabda.

"Baiklah Pa, Ayo Ma kita pulang, Kita butuh istirahat untuk jaga kondisi tubuh agar tidak sakit." Jawab Sabda sambil mengajak Ibunya pulang serta.

Dengan langkah kaki yang berat Sabda dan Ibunya beranjak dari tempat duduk di sebuah lobi ruang tunggu keluar menuju tempat parkir.

"Cepat masuk ke mabil Ma! Malam ini terasa dingin dengan angin malam yang menusuk pori-pori." Kata sabda kepada Ny Indah.

Sabda menghidupkan mobil dan memutarnya keluar dari halaman parkir rumah sakit.

"Pelan-pelan Sabda jalannya, Mama masih trauma dengan kejadian kakakmu." Kata Ny Indah kepada Sabda.

"Iya Ma, Aku cuma agak ngantuk, beberapa hari ini aku kurang tidur. Aku percepat laju mobilnya agar cepat sampai di rumah dan bisa segera istirahat." kata Sabda.

"Iya Mama ngerti, tetapi harus hati-hati." Kata Ny Indah.

Tidak berapa lama kemudian sampailah Sabda dan Ny Indah di rumah. Segera Bi Inah datang dan menghampiri mereka sambil membuka pintu gerbang rumah.

"Selamat malam Bu!" Sapa Bi Inah

"Malam Bi." Jawab Ny Indah.

Segera Sabda turun dari mobil setelah ia parkir di car port dan berjalan menuju pintu depan rumah.

"Biar saya buatkan teh hangat untuk kalian berdua." kata Bi Inah seraya menghampiri mereka berdua.

Di dapur Bi Inah sedang sibuk membuatkan teh hangat untuk Ny Indah dan Sabda. Segera Bi Inah menghantarkan minuman itu untuk mereka berdua.

"Ini tehnya Bu dan ini untuk Nak Sabda." Kata Bi Inah kepada mereka berdua yang sedang duduk menyandar di sofa karena lelah dan kantuk. Teh itu Bi Inah taruh di atas meja dekat sofa tempat mereka duduk.

"Iya terima kasih Bi." Kata Ny Indah.

"Ada makanan apa Bi? Aku lapar sekali malam ini?" Tanya Sabda kepada Ny Indah.

Ada Sayur asem, ikan asin, tahu dan tempe atau Nak Sabda ingin makan apa? biar Bibi masakkan sebentar." Kata Bi Inah.

"Aku ingin makan mi Bi. Jangan lupa dikasih telur." Pinta Sabda kepada Bi Inah.

Bi Inah segera menuju ke dapur untuk memasak. Tidak berapa lama mie pesanan Sabda sudah jadi. Bi Inah segera menaruh di meja makan bersama makanan lainnya.

"Ibu mau saya buatkan mi juga." Kata Bi Inah kepada Ny Indah.

"Tidak usah Bi, Saya makan apa yang ada saja di meja." Jawab Ny Indah kepada Bi Inah.