Pagi itu ia harus bangun meskipun mata masih mengantuk dan segera ambil air wudhu untuk lakukan sholat subuh. Entah mengapa setelah kondisi kehidupannya berubah menjadi yang seperti sekarang ini Syifa semakin taat beribadah terutama menjalankan sholat lima waktu. Berbeda pada saat ia masih menjadi direktur. Entah karena kesibukannya atau memang karena dalam posisi yang sedang menguntungkan ia sering terlewat sholatnya sebagai sarana penghubung antara dia dan Tuhannya. Masih terlalu pagi untuk berangkat kerja. Ia ambil gelas kosong kemudian ia isi dengan sedikit gula dan teh celup lalu ia tuang air dari mesin pemanas hingga menjadi segelas minuman teh hangat cukup untuk minum teh di pagi hari. Kemudian ia buka bungkusan plastik yang ia simpan diatas galon air pada mesin pemanas air itu untuk menghindari semut, karena dalamnya berisi roti yang sengaja ia beli untuk cemilan sekaligus sarapan pagi karena ia tidak punya alat masak di kamar kontrakan itu.