Chereads / Sleepy Bookmaster / Chapter 19 - Buku Hitam Bookmaster (3)

Chapter 19 - Buku Hitam Bookmaster (3)

Tempat tinggal Virgin Killer.

Bayu yang berada di salah satu kamar sedang menggeledah pakaian-pakaian yang berserakan di lantai kamar. Bayu mencari dompet atau kartu identitas Virgin Killer yang seharusnya ada di saku-saku celana. Akhirnya setelah pencarian selama tiga puluh menit, Bayu menemukan dompet di celana jins hitam yang sudah compang-camping. Ia buka dompet yang terbuat dari kulit buatan itu, lalu menemukan uang sebanyak 35 Uni, beberapa lembar kertas yang sudah tidak terbaca teksnya, dan sebuah kartu identitas dari negara Panzer atas nama Bardolf Hernandez.

'Jadi dia penduduk Panzer, bagaimana dia bisa kemari?'

Bayu lalu membaca tempat tanggal lahir yang tertera di kartu identitas. Setelah itu, dalam perpustakaan di dalam dirinya sebuah buku terbentuk atas nama Bardolf Hernandez. Hanya saja buku kali ini memiliki keanehan dari buku yang biasa Bayu lihat.

'Maksudnya?'

Bayu agak bingung, dia segera mengganti buku 'Bayu Riverdale' yang masih melayang di sampingnya,

"[Tabadul] Bardolf Hernandez." Buku yang tadinya bersampul putih dengan bordiran emas itu berubah menjadi buku dengan sampul berwarna ungu tua dengan percikan bercak merah. Melihat sampul buku itu alis Bayu agak terangkat.

'Apa maksudmu bukan manusia biasa? Dia sudah bukan manusia lagi. Kalau merah berarti monster, warna ungu tua ini… pertama kali aku melihatnya,'

'Hoo… langka sekali kalau kau saja hanya menemui tiga kali selama ribuan tahun. Jadi zombie dan monster, dia ini sebenarnya apa?'

"Mutan? Uwaa, ini bukan film. Berapa banyak lagi hal aneh yang akan muncul di dunia yang sudah kacau ini? Aku merasa kalau Hamish akan tertawa kegirangan kalau mendengar ini."

'Alkemis?'

Bayu lalu mengingat Bookmaster keempat yang juga merupakan seorang alkemis pada masanya. Dengan teknik dan pengetahuan yang dia dapat sebagai Bookmaster, dia berhasil membuat satu homonculus yang abadi. Dan kini homonculus ini menjadi asisten setia setiap Bookmaster berikutnya. Bayu tidak tahu kalau bukan saja homunculus tapi mutan juga mahluk buatan seorang alkemis.

'Bukankah alkemis sudah punah?'

'Hm, kalau begitu apa alkemis ini menemukan teknik alkemis yang terkubur atau dia merupakan alkemis yang masih hidup selama ribuan tahun?'

Bayu lalu menilik buku Bardolf yang melayang di dekatnya. Bayu lalu meraih buku itu dan mulai membaca secara terbalik, dari masa kini ke masa yang lalu.

Waktu berlalu, jam kini menunjukkan pukul empat lebih sepuluh pagi. Bayu yang sedari tadi membaca, melepas buku dari genggamannya dan membiarkan buku itu melayang di sekitarnya. Setelah membaca buku itu, banyak informasi yang masuk ke dalam kepalanya. Bayu memejamkan mata sejenak untuk merangkai semua informasi yang ia dapat.

'Haa… tampaknya aku mempelajari informasi yang sebaiknya tidak diketahui'

Bayu membuka matanya. Dia mengambil pisau daging dari balik jasnya. Lalu berjalan ke kamar mandi untuk bersembunyi. Buku Bardolf Hernandez dan [Sloth Page] masih melayang di dekatnya.

Tidak lama terdengar suara pintu terbuka. Lalu suara langkah kaki yang berat disertai suara nafas kasar jelas terdengar dari arah ruang tengah. Jarak Bayu dengan mutan ini hanya sekitar lima meter. Bayu menenangkan dirinya dan bersiap untuk melancangkan serangan kejutan. Hanya saja…

Bayu mendengar suara panik Ayu, dia lalu bergegas menjauh dari pintu kamar mandi. Detik berikutnya, pintu itu hancur lebur dipukul oleh Bardolf. Sosok Bardolf terlihat di depan kamar mandi, matanya yang kuning menyala menatap tajam lelaki bertopeng di depannya.

Bayu yang mendapati dirinya terjebak di dalam kamar mandi melihat Berdolf kembali bergerak untuk memukulnya. Mengetahui dirinya tidak bisa menghindar dari pukulan yang akan datang, Bayu terpaksa menggunakan kembali kekuatan [Sloth Page].

Swoosh!

"[Yazmak] miss!"

Bayu menuliskan kata 'miss' pada kalimat dalam buku Bardolf. Hal ini membuat pukulan Bardolf tidak mengenai Bayu sebagai sasaran. Pukulan itu hanya luput dua senti dari kepala Bayu berada. Sekejap melihat pukulan itu gagal, Bayu lalu menyelinap dari celah di bawah lengan Bardolf dan berhasil meloloskan diri ke ruang tengah. Di sana Bayu melihat tubuh Fara yang tergeletak tidak sadarkan diri.

'Ini orang bukan tidur, kan?'

Bruak!

Bayu lalu menoleh ke belakang, melihat dinding kamar mandi yang hancur akibat pukulan Bardolf. Kali ini Bayu dapat melihat jelas sosok mutan di depannya. Tubuh bagian atasnya yang kekar dipenuhi oleh buku perak, gigi taring yang tajam diselimuti oleh air liur menetes, bagian tubuh bawah masih memakai celana pendek bercorak kotak merah yang menutupi otot-otot paha yang timbul. Di pinggangnya terdapat sebuah sabuk kulit berwarna cokelat gelap dan tidak lupa dengan mata kuningnya yang membuat orang bergidik ketakutan ketika melihatnya.

Bayu sudah menduga kalau serangan kejutan memang tidak akan berhasil. Dia hanya bisa tertawa dalam hati setelah mendapati dirinya benar-benar berdiri di depan monster yang katanya memiliki kekuatan platinum. Bayu lalu berlari ke arah tubuh Fara yang terbaring di lantai. Dengan sekuat tenaga Bayu tendang tubuh itu ke sisi ruangan menjauh dari tempat ia akan berkelahi.

"Tidak ada waktu!"

Bayu lalu melihat pukulan kembali dilayangkan.

Swoosh!

"[Yazmak] miss!"

Pukulan kembali meleset dengan jarak dua senti dari kepala target. Bayu yang melihat lengan Bardolf berada di samping kepalanya, lalu menebaskan pisau daging ke lengan itu.

Swoosh! Ptak!

Sayangnya tebasan pisaunya sama sekali tidak membuat goresan pada kulit Bardolf. Malah pisau daging miliknya terpantul dan terjatuh akibat benturan serangannya. Bayu berlari menjauh dari Bardolf lalu mengambil pisau chef dari balik jasnya.

'Ugh! Kau tak perlu mengatakannya sekarang!'

Bayu melihat kembali Bardolf mulai menyerangnya, kini campuran tendangan dan pukulan dengan tempo cepat. Pikiran Bayu mulai berkonsentrasi melihat serangan yang samar terlihat olehnya.

Swoosh!

"[Yazmak] miss!"

Swoosh!

"[Yazmak] miss!"

Swoosh!

"[Yazmak] miss!"

Serangan Bardolf terus menerus gagal mencapai sasaran. Kini mutan itu berhenti dan menilik sosok lelaki bertopeng di depannya. Bardolf terheran-heran karena serangannya yang seharusnya kena malah luput dari sasaran. Geraman kekesalan makin bergema di ruang tengah rumah itu yang sudah hancur akibat pukulan Bardolf. Bayu bahkan bisa melihat rumah pasangan suami istri yang memberitahunya tadi.

'Tunggu sebentar, berapa akumulasi waktu yang kudapat?'

Ayu lalu melihat timer di belakang mejanya yang menunjukkan 03:05:30

Bayu kemudian merasa pusing mendengar jawaban Ayu. Dia tidak menyangkan kalau setelah malam nanti dia akan tidur selama tiga hari lebih.

'Buruk jadinya kalau ini terus dilanjutkan. Aku harus menyelesaikan ini secepatnya'

Bayu lalu menoleh ke luar dari celah tembok yang hancur. Dia dapat melihat beberapa siluet dari luar sana. Bayu juga dapat melihat sosok lelaki tua yang memberitahukan arah rumah ini kepadanya. Lelaki tua itu seperti sedang memperingati orang-orang yang berdatangan untuk menjauh.

Bayu lalu menoleh ke Bardolf yang kini terlihat sangat marah dari urat-urat nadi yang keluar dari seluruh tubuhnya. Geramannya semakin keras dan membuat orang-orang di luar berlari berhamburan. Bayu berpikir cara membunuh mutan di depannya ini sebelum polisi datang.

Swoosh!

Bardolf kembali menyerang. Bayu kembali lolos dengan [Yazmak]. Dia mencoba untuk kembali menebas lengan Bardolf, namun tetap gagal. Kulitnya terlalu keras untuk fisik dan juga pisaunya yang hanya terbuat dari besi biasa.

'Tsk! Kalau memang tidak kuat, buat saja lawanmu lemah'

Setelah jarak antar mereka agak jauh, Bayu lalu berlari dengan kencang ke arah Bardolf. Melihat lelaki bertopeng berlari ke tempatnya, Bardolf bersiap untuk memukul kembali.

"Untuk kali ini tidak! [Yazmak] stun!"

Tubuh Bardolf yang sudah ancang-ancang itu kini lumpuh terdiam di tempat. Melihat Bardolf yang berhasil mematung, Bayu menyeringai di balik topengnya.

"[Yazmak] kulit melembek,"

Bayu yang telah sampai ke depan Bardolf lalu dengan sekuat tenaga ia lompat dan menebas leher mutan yang ada di depannya. Akibat kekuatan [Yazmak], leher itu menjadi lembek seperti puding. Sehingga dengan mudahnya Bayu memenggal kepala yang menyeramkan itu.

Kepala Bardolf melayang dan jatuh ke tanah. Darah seketika keluar dengan deras seperti air mancur dari leher Bardolf. Bayu yang tidak jauh dari tubuh mutan itu, di balik topeng panjinya, wajahnya bermuka masam setelah mendapati dirinya bermandikan darah.

'Sialan! Pada bukunya dituliskan kalau dia sudah tidak memilki organ dalam lagi. Tapi kenapa dia masih punya darah? Zombie brengsek!'

<…>

"Haa… jadi berapa akumulasi waktunya?"

Bayu lalu memandang ke langit malam. Matanya kosong tanpa ada pikiran apapun di kepalanya.

Sekitar lima menit setelah Bayu melamun memandangi langit. Dia lalu mendekati tubuh Bardolf yang tergeletak di lantai. Dia melihat ke arah sabuk yang dipakai oleh orang ini.

'[Stumpp Belt], sabuk yang dimiliki oleh Peter Stumpp pada pertengahan tahun 1500-an. Begitu dermawannya alkemis ini memberikan artifak legendaris ke orang yang sudah tidak memiliki otak.'

Bayu jongkok di samping mayat, lalu memeriksa sabuk yang sudah menyatu dengan tubuh Bardolf. Alkemis yang membuat mutan ini, mengganti otot dan saraf Bardolf dengan otot dan saraf dari bangsa orc. Lalu memaksakan kontrak antara sisa aura Bardolf dengan [Stumpp Belt]. Kemudian memutasikan artifak ini dengan [Demon Stone] yang nantinya menjadi inti kehidupan Bardolf sebagai zombie.

'Ini rumit sekali.' Pikir Bayu yang ingin mengambil [Stumpp Belt] dari diri Bardolf. Namun karena artifak ini sudah menyatu dengan segala hal di tubuh Bardolf, Bayu harus berpikir bagaimana cara menghapus segala hal yang menyatu itu. Dan yang dia tahu sebagai sejarawan mitos, tidak ada teknik untuk melakukan hal tersebut.

Bayu kemudian melihat ke dada Bardolf yang sudah tidak berbulu lagi.

Jleb!

Bayu tancapkan pisaunya lalu membelah dada itu. Bayu lalu melihat [Demon Stone] yang berwarna hitam pekat, di samping batu itu terdapat sebuah benda metal berbentuk bulat kecil. Benda ini merupakan sebuah GPS yang ditanam oleh alkemis untuk mengawasi mahluk ciptaannya. Bayu tersenyum kecil melihat GPS yang juga merupakan alat rekam dan komunikasi jarak jauh.

'Mari kita berdiskusi…alkemis.'