Tanpa terasa Cinta sudah bekerja 6 bulan di toko buku dengan setiap bulannya Cinta mengirimkan 70% gajinya ke orang tuanya. Cinta sangat berhemat dengan gajinya, dia selalu menyimpan uangnya dan sangat jarang sekali dia pergi bersama teman-temannya. Hingga suatu saat, dia bertemu dengan temannya sewaktu SMA dulu, temannya sudah bekerja dan pekerjaannya jauh lebih baik daripada seorang kasir, tapi dia tidak berkecil hati. Dia tetap semangat.
Hingga temannya mengajaknya untuk joint di perusahaan tempat dia bekerja, dengan gaji yang naik dari gaji Cinta pada saat dia menjadi seorang kasir. Dan dia menceritakan hal ini ke orang tuanya, orang tuanya menjadi sangat senang dan bangga karena anaknya saat ini sudah bisa bekerja di perusahaan. Berita tersebut menjadi kabar sekaligus berita yang menyenangkan hati mereka. Mereka bangga Cinta bisa mengharumkan nama orang tuanya. Tapi di perusahaan ini, Cinta bekerja bisa hamper 24 jam, karena dia pulang selalu larut malam, dikarenakan pekerjaan yang sudah tidak seperti dia menjadi kasir. Dengan perlahan-lahan, semua pekerjaan itu dia jalani dengan hati-hati.
Tanpa terasa, Cinta telah menginjak hampir setahun bekerja di perusahaan Trading tersebut. Dan Cinta sekarang bisa memberikan uang lebih banyak lagi dari yang sebelumnya ke orang tuanya, di tengah perjalanan pekerjaannya, temannya mengenalkan dia seorang pria. Temannya bernama Sari. Sari mempunya sepupu bernama Hendro. Sebenarnya Cinta sendiri belum siap untuk mempunyai pacar, tapi dia berfikir, mungkin dengan mempunyai pacar, dia bisa berbagi masalah. Cinta tidak pernah sedikitpun memberitahukan hal ini dengan orang tuanya. Dia tidak ingin merepotkan orang tuanya dengan hal seperti ini. Hendro adalah seorang anak pertama dan anak lelaki kesayangan orang tuanya. Cinta tidak pernah tahu, bahwa Hendro adalah lelaki yang tidak pernah bisa mandiri. Hendro tidak bisa bekerja tanpa bantuan orang tuanya. Hendro adalah anak kesayangan, sehingga apapun yang dia minta dan dia inginkan, pasti akan diberikan oleh orang tuanya. Bahkan dalam kehidupan sehari-harinya, Hendro ini hanya tinggal di rumah, tanpa bekerja apapun, sampai dia diterima bekerja, karena papanya yang memaksa pimpinan di perusahaan tersebut untuk menerimanya.