"Selama ini… Dia selalu ada walau tidak menoleh padaku sekalipun…"
"Aku bak transparan yang hanya dilihat sekilas olehnya. Itu juga saat suaraku memanggil namanya, jika tidak, senyum singkatnya itu tidak mungkin kulihat di seperdetik bahagia itu…"
"Aku menyukainya sejak pertama kali aku melihatnya. Aku mencintainya setelah aku sadar hanya wajahnya yang selalu kupikirkan,"
"Ya Allah… Dosa kah aku, jika menaruh rasa pada gadis yang bahkan tidak menghiraukanku itu? Kalau tidak salah, coba bisikkan padaku kapan hari di mana aku bisa memiliki senyum dan bahagia bersama dengannya, Ya Allah?"
Sembari mengusap air matanya dengan tissue dan membalikkan lembar buku diary bersampul cokelat muda di tangannya, tangannya kembali menggenggam tangan Barra lagi dan Gita melanjutkan bacaannya lagi.
"Entah dengan cara yang bagaimana aku menyampaikan rasa syukurku padamu, Ya Allah? Bahkan sujud tubuh manusia penuh dosa ini masih sangat sangat tidak pantas dan kurang di hadapanmu…"